Kamis 30 Nov 2023 07:04 WIB

Inflasi Terkendali, BI Sebut Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa Tertinggi di Dunia

Bi optimistis inflasi akan tetap terkendali rentang 2,5 plus minus di 2024 dan 2025

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan press statement mengenai kondisi ekonomi Indonesia saat menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Gedung BI, Rabu (29/11/2023) malam.
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan press statement mengenai kondisi ekonomi Indonesia saat menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Gedung BI, Rabu (29/11/2023) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memastikan ekonomi Indonesia pada 2024 hingga 2025, akan tetap berdaya tahan dan menunjukkan prospek yang baik. Gubernur BI Perry Warjiyo optimistis hal tersebut akan terjadi di tengah pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat dengan ketidakpastian yang tinggi.

"Inflasi akan tetap terkendali dalam rentang sasaran 2,5 plus minus satu persen pada 2024 dan 2025," kata Perry dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Gedung BI, Rabu (29/11/2023) malam. 

Perry mengatakan hal tersebut dapat dicapai dengan didukung konsistensi kebijakan moneter dan fiskal. Begitu juga, dengan sinergi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

Sejalan dengan hal tersebut, BI juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dapat mencapai kisaran 4,7-5,5 persen pada 2024 dan akan meningkat 4,8-5,6 persen pada 2025. "Ini salah satu yang tinggi di dunia," tutur Perry.

Dia menambahkan, konsumsi dan investasi juga akan meningkat. Hal tersebut didukung dengan kenaikan gaji ASN, pemilu, infrastruktur di IKN, selain ekspor dari hilirisasi.

Perry mengungkapkan, stabilitas eksternal dan sistem keuangan tetap terjaga. Selain itu, juga digitalisasi dipastikan masih akan terus berkembang pesat.

Meskipun begitu, Perry menuturkan berbagai tantangan global ke depan yang perlu dicermati mencakup perlambatan dan divergensi pertumbuhan ekonomi global. Lalu juga penurunan inflasi yang lambat, suku bunga negara maju yang lebih tinggi dan lebih lama, dan kuatnya mata uang dolar AS.

Perry mengungkapkan pelarian modal dalam jumlah besar dari emerging markets ke negara maju juga perlu diwaspadai. "Untuk itu sinergi sebagai kunci dari prospek kinerja ekonomi Indonesia dalam melanjutkan ketahanan dan kebangkitan ekonomi terus diperkuat," ujar Perry.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement