Rabu 29 Nov 2023 17:13 WIB

Adopsi Motor Listrik Masih Lambat, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Pemerintah telah memberikan bantuan atau subsidi motor listrik sebesar Rp 7 juta.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Lida Puspaningtyas
Peserta pameran menyampaikan penjelasan terkait motor listrik kepada pengunjung saat acara Langkah Membumi Festival (LMF) 2023 di SCBD Park, Jakarta Selatan, Sabtu (25/11/2023). Gelaran LMF tahun kedua yang mengusung tema besar One Action, One Earth, itu menjadi wadah yang mempertemukan ecopreneur, pihak swasta / pelaku industri, penggiat sustainability dalam mewujudkan visi bersama menciptakan Indonesia yang lebih berkelanjutan guna mengurangi dampak perubahan iklim.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Peserta pameran menyampaikan penjelasan terkait motor listrik kepada pengunjung saat acara Langkah Membumi Festival (LMF) 2023 di SCBD Park, Jakarta Selatan, Sabtu (25/11/2023). Gelaran LMF tahun kedua yang mengusung tema besar One Action, One Earth, itu menjadi wadah yang mempertemukan ecopreneur, pihak swasta / pelaku industri, penggiat sustainability dalam mewujudkan visi bersama menciptakan Indonesia yang lebih berkelanjutan guna mengurangi dampak perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) Budi Setiyadi menyatakan, salah satu penyebab masih rendahnya pembelian sepeda motor listrik salah yaitu jumlah dealer yang belum merata di seluruh daerah. Maka, masyarakat kesulitan membeli kendaraan tersebut.

“Menurut saya aspek internal, dealer-nya belum merata di seluruh daerah. Saya tadi pagi dapat telpon dari Jember nanya, saya mau beli motor listrik subsidi, ternyata di Jember belum ada padahal kota besar di Jawa Timur,” ujar Budi dalam Inabuyer EV Expo 2023 di Gedung Smesco Indonesia, Jakarta, Rabu (29/11/2023).

Baca Juga

Padahal pemerintah telah memberikan bantuan atau subsidi motor listrik sebesar Rp 7 juta per unit. Ia melanjutkan, sejumlah merek motor listrik yang sudah memiliki Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) 40 persen pun sudah membuka dealer motor listrik, namun jumlahnya masih terbatas dan terpusat di Jakarta.

Ia menyebutkan, saat ini sudah ada 500 dealer yang menjual motor listrik bersubsidi. Lalu  terdapat sekitar 200 dealer yang tengah menunggu diverifikasi.

"Jadi 700-an dealer sudah ada di seluruh Indonesia. Hanya saja populasi terbanyak di Jakarta,” kata Budi.

Maka, sambungnya, Aismoli mendorong 17 merek motor listrik yang sudah memiliki TKDN dan menjadi mitra pemerintah agar melakukan penjualan dengan skema bantuan pemerintah. Penjualan itu, menurut dia, bisa melalui penetrasi ke pasar lewat pembentukan kerja sama di berbagai daerah.

Lewat Inabuyer EV Expo yang berlangsung selama 28-30 November di Gedung Smesco, Jakarta, ia yakin bisa menjadi jembatan dalam menyosialisasikan insentif pemerintah untuk motor listrik ke masyarakat luas. Diharapkan pula bisa menarik lebih banyak merek kendaraan listrik supaya bergabung bersama Aismoli mempercepat penyediaan dealer dan adopsi motor listrik.

Budi menyebutkan, data dari Kementerian Perhubungan saat ini jumlah merek motor listrik 52, pada data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) ada sekitar 42 merek. Sementara yang sudah menjadi anggota Aismoli sebanyak 38 merek.

"Tapi dengan kegiatan ini kami dapat banyak lamaran, banyak brand baru yang segera bergabung. Mudah-mudahan dengan makin banyak yang gabung Aismoli, kita bisa makin menyuarakan, yang sekarang ini jadi bottle neck terhadap kita, tinggal bagaimana penetrasi ke market-nya,” tutur dia.

Sebelumnya, Budi menyampaikan, saat ini masih banyak masyarakat di daerah yang belum tahu program subsidi motor listrik sebesar Rp 7 juta yang digelontorkan pemerintah. Itu membuat pendaftar subsidi masih lambat yakni baru sekitar 8.000, padahal kuotanya sebanyak 200 ribu pada 2023.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement