REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha kecil Menengah (LLP-KUMKM) atau Smesco Indonesia menggandeng bengkel Elders Garage dalam mengembangkan bengkel konversi motor listrik. Langkah itu diharapkan dapat menumbuhkan industri baru di Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
“Kami tidak hanya membantu inkubasi dan melakukan pelatihan di Smesco Labo. Bagaimana menumbuhkan industri baru di UMKM, suatu kesempatan yang luar biasa, salah satunya kerja sama di bengkel konversi dan membuat inovasi,” ujar Direktur Smesco Indonesia Leonard Theosabrata di Jakarta, Rabu (29/11/2023).
Dalam mengembangkan kendaraan listrik atau EV, kata dia, perlu modal dalam menciptakan ekosistem yang terjalin baik. Mulai dari, penyediaan baterai, charging, hingga bengkel.
Ekosistem itu lanjutnya, harus didukung oleh pembiayaan. "Juga sinergi investasi dari pemerintah atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta dalam industri kendaraan bermotor listrik," jelas Leonard.
Sementara, Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) Budi Setiyadi mengatakan, berdasarkan informasi yang diperolehnya, Kementerian ESDM sedang menggodok revisi aturan Permen ESDM Nomor 3 Tahun 2023 Tentang Pedoman Umum Bantuan Pemerintah dalam Program Konversi Sepada Motor, dengan Penggerak Motor Bakar menjadi Sepeda Motor Listrik. Sekaligus merevisi Keputusan Menteri ESDM Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bantuan Pemerintah dalam Program Konversi Sepeda Motor Listrik.
Awalnya insentif kendaraan untuk konversi sepeda motor listrik sebesar Rp 7 juta lalu akan dinaikkan menjadi Rp 10 juta.
“Kapan pastinya belum tahu. Harapannya diselenggarakan lebih besar lagi, rencananya tahun depan dengan menggandeng mitra,” ujar dia pada kesempatan serupa.
Budi menyebutkan, terdapat 52 merek sepeda motor berdasarkan data Kementerian Perhubungan, dan sebanyak 42 merek sedang mengajukan. Sementara yang tergabung dalam Aismoli sebanyak 38 merek.
Meski begitu, ia mengakui, dalam mengimplementasikan penggunaan kendaraan motor listrik masih ada hambatan. Dari internal, misalnya, belum meratanya keberadaan dealer di semua daerah.
Maka, Aismoli mendorong para Agen Pemegang Merek (APM) yang sudah memenuhi TKDN 40 persen yakni sebanyak 17 merek, melakukan penetrasi pasar secara cepat. Segera menjalin B2B (business to business) melihat potensi untuk membuka dealer di beberapa daerah.