Kamis 28 Sep 2023 17:00 WIB

Larangan Social Commerce, Wamenkominfo: Kami tak Menutup Pintu Inovasi

Pemerintah tak larang inovasi digital, tapi minta perusahaan taat aturan.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Fuji Pratiwi
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Nezar Patria
Foto: Republika/Arif Satrio Nugroho
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Nezar Patria

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Nezar Patria memastikan, Indonesia tidak menutup pintu inovasi perusahaan teknologi seperti TikTok dalam mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Namun, Nezar meminta perusahaan tersebut mesti mematuhi aturan yang berlaku. 

Nezar menjelaskan, pemerintah mendukung inovasi digital yang dilakukan para developer internasional. Saat ini, banyak perusahaan teknologi internasional yang tumbuh besar dengan menyasar pasar Indonesia. Tapi, mereka juga harus ikuti aturan agar ekosistem lokal tetap berkembang. 

Baca Juga

"Kita enggak sampai ke arah sana (menutup), selama pemain-pemain dari internasional itu mengikuti aturan-aturan yang ada dan sejalan dengan regulasi yang dibuat oleh Kementerian terkait. Kami memberikan kesempatan yang sama," ujar Nezar usai membuka Asian Media Information and Communication Center (AMIC) di Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (28/9/2023). 

Selain itu, kata dia, Kemenkominfo juga sedang membahas dan melakukan mitigasi yang diperlukan agar bisa melindungi ekosistem bisnis digital. Yakni, bagaimana mereka bisa berkembang secara bersama sama dalam sebuah ekosistem. 

"Kami memberi kesempatan, karena kita tahu Indonesia adalah pasar yang besar buat ekonomi digital. Di ASEAN, Indonesia juga menjadi episentrum, sehingga sangat menentukan pertumbuhan perusahaan digital lokal atau internasional," paparnya.

Nezar juga sangat mendukung konferensi yang digelar Unpad ini. Karena, workshop akan membahas begitu banyak tema-tema penting terutama perkembangan di dalam ilmu komunikasi dan juga kontribusi ilmu komunikasi di dunia yang sedang berubah. 

"Kami berharap ada kajian-kajian, terutama mencermati inovasi yang begitu cepat di dunia informasi yang menggunakan plafon digital. Misalnya bagaimana sosial media menjadi sumber rujukan dari informasi bagi publik," paparnya.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement