Selasa 05 Sep 2023 18:10 WIB

Wamenkeu: Indonesia Tetap Perlu Waspadai Gejolak Global

Yang harus RI waspadai yakni fragmentasi global, perubahan iklim, dan digitalisasi.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengikuti rapat pleno dengan Badan Legislasi DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (18/8/2022).
Foto: ANTARA/Galih Pradipta
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengikuti rapat pleno dengan Badan Legislasi DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (18/8/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) RI Suahasil Nazara mengatakan, Indonesia tetap perlu mewaspadai gejolak global meskipun perekonomian Indonesia dapat tumbuh di angka lima persen selama tujuh kuartal berturut-turut.

"Kita tetap ingin Indonesia terus lima persen, tahun ini 5,2 persen, tahun depan kalau bisa juga 5,2 persen pertumbuhan. Pada saat yang bersamaan kita harus mengawasi beberapa isu jangka menengah panjang," kata Wamenkeu Suahasil dalam rapat kerja dengan Komite IV DPD RI yang dipantau virtual di Jakarta, Selasa (5/9/2023).

Baca Juga

Isu jangka menengah panjang yang harus diwaspadai Indonesia adalah fragmentasi global, perubahan iklim, dan digitalisasi. Selain itu tetap berjaga-jaga jika ada pandemi di masa mendatang.

Suahasil menuturkan setelah tumbuh di 6,3 persen pada 2021, perekonomian global mengalami perlambatan ke 3,5 persen pada 2022 dan diperkirakan tumbuh tiga persen pada 2023 dan pada 2024. Moderasi perekonomian dunia itu juga dibarengi dengan tingkat inflasi yang juga menurun tapi tingkat inflasi global pernah sangat tinggi pada 2022 yang mengakibatkan hampir seluruh bank sentral menaikkan suku bunga untuk menanggulangi inflasi.

"Inflasi tidak boleh tinggi-tinggi. Kalau inflasi terlalu tinggi maka dia menggerogoti daya beli. Maka itu seluruh otoritas moneter menganggap bahwa ini perlu diturunkan, pemerintah juga menganggap ini perlu diturunkan," ujarnya.

Namun, diperkirakan inflasi global pada 2024 masih lebih tinggi dibandingkan inflasi 2020 dan 2019, sehingga tantangan jangka pendek yang harus dihadapi termasuk suku bunga di dunia yang masih akan cukup tinggi untuk waktu yang lebih lama.

Pada saat yang bersamaan, perang Rusia dan Ukraina belum menunjukkan akhir, tensi geopolitik masih akan berlanjut, perlambatan ekonomi China masih akan berlanjut. Semua hal itu, menurut Wamenkeu, harus diwaspadai terkait dampaknya terhadap perekonomian Indonesia.

"Kita harus memitigasi dampak yang ditimbulkan oleh suku bunga yang tinggi di dunia kepada perekonomian Indonesia," ungkap Suahasil.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement