Selasa 22 Jul 2025 07:05 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Diproyeksi Masih Melambat, Rupiah Melemah

Cakupan stimulus juga dinilai relatif terbatas.

Rep: Eva Rianti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Petugas menghitung uang dollar AS di tempat penukaran valuta asing.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas menghitung uang dollar AS di tempat penukaran valuta asing.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 26 poin menuju level Rp 16.323 per dolar AS pada perdagangan Senin (21/7/2025). Pengamat menilai, pelemahan Mata Uang Garuda terjadi karena proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2025 bakal melanjutkan perlambatan.

“Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2025 diperkirakan tidak jauh berbeda dengan kuartal sebelumnya sebesar 4,87 persen secara tahunan. Walaupun di kuartal kedua terdapat momen libur sekolah, tetapi dampaknya tidak sebesar Ramadan dan Lebaran. Selain itu, belanja pemerintah masih lambat. Pemerintah telah mulai membuka efisiensi pada Maret lalu, tetapi serapannya masih belum terakselerasi,” ungkap Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Senin (21/7/2025).

Baca Juga

Ibrahim mengatakan, Pemerintah memang memberi stimulus, tetapi kebijakan tersebut baru muncul pada akhir kuartal kedua atau pada Juni 2025. Lalu, cakupan stimulus juga dinilai relatif terbatas, yakni hanya untuk calon kelas menengah, padahal kelompok kelas menengah lah yang menyumbang lebih dari 50 persen dari total konsumsi.

Konsumsi rumah tangga pada periode tersebut yang menyumbang 54,53 persen terhadap PDB hanya mampu tumbuh 4,89 persen secara year on year (yoy), meski terdapat Ramadan dan Lebaran. Sementara konsumsi pemerintah kontraksi 1,38 persen dan hanya menyumbang 5,88 persen terhadap PDB. Pembukaan blokir anggaran sampai dengan 24 Juni 2025 telah dilakukan senilai Rp 134,9 triliun dari total Rp 306,7 triliun yang dicadangkan.

“Terbukti dalam Laporan semester I APBN 2025, realisasi belanja negara pada periode tersebut baru mencapai Rp 1.406 triliun atau 38,8 persen dari pagu yang mencapai Rp 3.621,3 triliun. Belanja negara bahkan diperkirakan hanya akan tersalurkan 97,4 persen atau sekitar Rp 3.527,5 triliun sampai dengan akhir tahun,” terangnya.

Sebelumnya, Kementerian Keuangan meyakini usai membuka blokir anggaran dan ditambah dengan stimulus, ekonomi pada kuartal II 2025 dapat tumbuh lebih dari 4,7 persen. Hal tersebut dilakukan melalui belanja pemerintah berupa penyaluran stimulus fiskal, mulai dari diskon transportasi, Bantuan Subsidi Upah (BSU), hingga tambahan bantuan pangan yang totalnya mencapai Rp 24,4 triliun.

Sentimen Eksternal

Sementara itu, sentimen eksternal yang memengaruhi fluktuasi pergerakan rupiah ialah karena kondisi ketidakpastian kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

“Meningkatnya ketidakpastian tarif AS terus menjadi tranding di kalangan para investor, setelah Wall Street Journal melaporkan pada hari Minggu bahwa Uni Eropa sedang mempersiapkan tindakan balasan atas tarif perdagangan Presiden AS Donald Trump,” ujarnya.

Hal itu diketahui merupakan tanggapan atas tuntutan pejabat AS, bahwa lebih banyak konsesi dari blok tersebut untuk kesepakatan perdagangan potensial, termasuk tarif dasar sebesar 15 persen, yang mengejutkan para negosiator Uni Eropa.

Laporan WSJ menggarisbawahi ketidakpastian atas kebijakan perdagangan AS, terutama karena batas waktu 1 Agustus untuk pemberlakuan tarif Trump semakin dekat. Menteri Perdagangan Howard Lutnick pada hari Minggu mengatakan bahwa 1 Agustus adalah tenggat waktu yang ketat untuk tarif, yang berkisar antara 20 persen hingga 50 persen terhadap negara-negara ekonomi utama.

“Investor juga sedang menunggu berita dari AS tentang kemungkinan sanksi lebih lanjut, setelah Presiden Donald Trump awal pekan ini mengancam akan memberikan sanksi kepada pembeli ekspor Rusia kecuali Moskow menyetujui kesepakatan damai dalam 50 hari. Selain itu, investor bersikap hati-hati karena tarif AS akan mulai berlaku pada 1 Agustus,” lanjutnya.

Adapun di Asia, hasil pemilihan majelis tinggi Jepang, yang diadakan selama akhir pekan menunjukkan Partai Demokrat Liberal yang berkuasa kehilangan mayoritasnya hanya mengamankan 47 kursi dari 248 kursi yang tersedia. Hal itu menimbulkan keraguan atas masa depan pemerintahan Jepang.

“(Diprediksi) untuk perdagangan besok (hari ini), mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.310—Rp 16.360 per dolar AS,” tutup Ibrahim. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement