Rabu 23 Aug 2023 00:46 WIB

Gejolak Ekonomi Global, BI: Kinerja Indonesia Terbaik

Pertumbuhan ekonomi bisa mencapai dalam kisaran 4,5- 5,3 persen.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (tengah) berbicara dengan dua anak yang menjadi model gambar pada pecahan uang kertas Rp75.000 dalam Festival Rupiah Berdaulat Indonesia (Ferbi) di Istora Senayan, kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (18/8/2023). Acara yang digelar oleh Bank Indonesia hingga 20 Agustus 2023 tersebut bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan peran pentingnya Rupiah dalam sejarah bangsa sekaligus menumbuhkan optimisme, semangat kebangsaan, dan memperkuat kedaulatan negara melalui Rupiah.
Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (tengah) berbicara dengan dua anak yang menjadi model gambar pada pecahan uang kertas Rp75.000 dalam Festival Rupiah Berdaulat Indonesia (Ferbi) di Istora Senayan, kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (18/8/2023). Acara yang digelar oleh Bank Indonesia hingga 20 Agustus 2023 tersebut bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan peran pentingnya Rupiah dalam sejarah bangsa sekaligus menumbuhkan optimisme, semangat kebangsaan, dan memperkuat kedaulatan negara melalui Rupiah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan Indonesia memiliki performa yang cukup baik. Hal itu menurutnya terjadi di tengah kondisi global yang masih bergejolak.

"Indonesia adalah salah satu negara dengan kinerja ekonomi terbaik meskipun terjadi gejolak global," kata Perry dalam acara ASEAN Fest 2023 di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (22/8/2023).

Baca Juga

Perry menuturkan, capaian tersebut dikarenakan kebijakan yang diambil Indonesia inovatif. Dia menuturkan, BI memiliki kerangka kerja penargetan inflasi.

Di sisi lain, Perry menegaskan BI menangani sejumlah tantangan seperti aliran modal asing. Begitu juga dalam menangani stabilitas sistem keuangan.

"Kami memiliki koordinasi yang sangat erat antara kebijakan fiskal dan moneter," ucap Perry.

Perry memperkirakan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai dalam kisaran 4,5- 5,3 persen. Hal tersebut didukung oleh konsumsi domestik dan investasi.

Perry menambahkan, inflasi Indonesia juga turun dengan cepat. "Bahkan ini salah satu yang tercepat di dunia. Tahun lalu, hampir tujuh persen, bulan lalu hanya tiga persen dan akan turun," ungkap Perry.

Selain itu, Perry menyebut, defisit transaksi berjalan juga sangat rendah. Berdasarkan laporan terakhir, transaksi berjalan Indonesia mencatatkan defisit sebesar 1,9 miliar dolar AS atau 0,5 persen dari PDB.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi pada kuartal II 2023 tumbuh 5,17 persen. Sektor industri pengolahan atau manufaktur menjadi sektor penyumbang terbesar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2023, yakni sebesar 0,98 persen.

“Pertumbuhan ekonomi year-on-year sebesar 5,17 persen, sebetulnya 0,98 persen dari 5,17 persen itu disumbangkan oleh manufaktur, yang kedua adalah perdagangan sebesar 0,68 persen, kemudian yang ketiga transportasi 0,63 persen, kemudian infokom 0,51 persen, dan yang lainnya 2,37 persen,” kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud dalam konferensi pers rilis BPS yang dipantau secara virtual di Jakarta, Senin (7/8/2023).

BPS telah menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 5,17 persen secara tahunan (yoy), sedangkan secara kuartalan (q-to-q), pertumbuhan ekonomi tercatat 3,86 persen q-to-q. Edy menilai angka tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang solid di tengah melambatnya perekonomian global dan menurunnya harga komoditas ekspor unggulan.

Secara pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) per sektor maka industri pengolahan, perdagangan, dan transportasi menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2023. PDB sektor industri pengolahan atau manufaktur tumbuh sebesar 4,88 persen (yoy), dengan ditopang oleh industri makanan minuman (mamin) yang juga tumbuh sebesar 4,62 persen. Selain itu, PDB manufaktur juga didorong oleh peningkatan produksi Crude Palm Oil (CPO) dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) serta peningkatan konsumsi makanan dan minuman saat periode Idul Fitri dan Idul Adha.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement