REPUBLIKA.CO.ID, BANGKALAN — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangkalan, Jawa Timur, melibatkan petani lokal untuk memasok hasil pertanian ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Langkah ini diharapkan membuat program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya meningkatkan kualitas gizi penerima manfaat, tetapi juga memperkuat ekonomi desa.
“Petani harus menjadi bagian penting dalam rantai pasok program ini. Dengan begitu, MBG tidak hanya menyehatkan masyarakat, tetapi juga menguatkan ekonomi lokal,” kata Bupati Bangkalan Lukman Hakim saat meninjau distribusi makanan MBG di Bangkalan, Senin (25/8/2025).
Ia menegaskan, SPPG dibangun bukan sekadar untuk menyediakan makanan bergizi, tetapi juga sebagai sarana pemberdayaan masyarakat desa. Pelibatan petani, khususnya dalam pasokan beras, disebut memberikan dampak ganda bagi kesehatan dan kesejahteraan warga.
Menurut Lukman, efektivitas MBG akan lebih terasa bila dikelola secara kolaboratif. Karena itu, ia mendorong pemerintah desa, kelompok tani, dan pengelola dapur MBG menjalin kerja sama berkesinambungan.
“Dengan begitu, distribusi pangan bisa lebih merata, kualitas makanan terjaga, dan manfaat program benar-benar dirasakan,” ujarnya.
Saat ini Bangkalan memiliki lima dapur MBG yang tersebar di beberapa titik strategis. Salah satunya dapur Jaya Barokah di Desa Kombangan, Kecamatan Geger, yang melayani 4 ribu penerima manfaat di dua desa, yakni Kombangan dan Kampak.
Selain menyediakan makanan bergizi, dapur tersebut juga membuka peluang kerja baru bagi warga sekitar.
Adapun dapur MBG lain beroperasi di area belakang Pendopo Bangkalan (Kodim), Kampung Bungsang, Kecamatan Modung, serta Desa Bumianyar. Dengan keberadaan sentra pangan ini, Pemkab Bangkalan optimistis dapat memperluas jangkauan penerima manfaat, khususnya anak sekolah, ibu hamil, dan kelompok rentan lainnya.
“Program MBG ini adalah investasi jangka panjang. Kita tidak hanya menyiapkan generasi sehat, tetapi juga membangun fondasi ekonomi kerakyatan dari desa,” kata Lukman.