Senin 03 Jul 2023 20:30 WIB

Pengamat Harap Investasi Asing Ekstraktif di RI Miliki Nilai Tambah

Perusahaan yang berinvestasi harus membantu tingkatkan teknologi pertambangan.

Tambang Nikel di Sulawesi. Pengamat berharap investasi asing ekstraktif yang masuk ke Indonesia memiliki nilai tambah untuk masyarakat
Foto: Republika.co.id
Tambang Nikel di Sulawesi. Pengamat berharap investasi asing ekstraktif yang masuk ke Indonesia memiliki nilai tambah untuk masyarakat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Pasar Modal dan Akademisi Universitas Trisakti Hans Kwee berharap investasi asing ekstraktif yang masuk ke Indonesia memiliki nilai tambah untuk masyarakat sekitar dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Nilai tambah dimaksud seperti praktik-praktik atau standar pertambangan berkelanjutan, kontribusi sosial dan ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat lokal, sehingga pemerintah harus bisa memastikan hal tersebut sebelum menerima investasi asing.

"Penanaman modal asing dari perusahaan-perusahaan dunia yang membutuhkan nikel Indonesia memang menjadi bagian penting dari strategi hilirisasi sumber daya alam pemerintah. Namun, harus dipastikan juga bahwa investasi ini jangan hanya bersifat ekstraktif," ujar Hans dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (3/7/2023).

Baca Juga

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menyaksikan lonjakan investasi pertambangan nikel yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nikel dunia sebagai salah satu bahan baku utama pendukung ekosistem kendaraan listrik. Beberapa perusahaan ternama seperti Tesla, Ford, dan Volkswagen menunjukkan minat untuk berinvestasi pada sektor pertambangan nikel dan menjadikan nikel Indonesia sebagai sumber daya utama kendaraan mereka.

Hans menilai apabila dipilih dengan benar, perusahaan penanaman modal asing di Indonesia bisa membantu meningkatkan standar keberlanjutan dan teknologi industri pertambangan Tanah Air. Di Indonesia, perusahaan yang bisa dijadikan contoh yakni Vale di Sulawesi Selatan.

Maka dari itu, kata dia, pemerintah seharusnya mendukung perusahaan-perusahaan penanaman modal asing yang telah terbukti sukses mengintegrasikan manajemen lingkungan dan masyarakat dalam operasional, dengan memberi kepastian investasi yang lebih baik lagi. Hal ini dapat menarik perusahaan-perusahaan serupa dunia untuk berinvestasi di dalam negeri.

"Jangan sampai nasionalisme semu dan tekanan politik pihak-pihak tertentu kemudian membuat pemerintah malah menyusahkan para perusahaan ini. Ingat, sebagian besar pekerja di perusahaan-perusahaan ini merupakan orang Indonesia juga," tuturnya.

Selain itu, lanjut Hans, berbagai perusahaan tersebut membantu melestarikan alam dan memastikan bahwa sumber daya alam yang mereka kelola bisa dinikmati oleh generasi penerus.

Adapun dampak positif dari investasi pertambangan hijau di Indonesia melampaui pelestarian lingkungan. Hal ini juga mengarah pada peningkatan kesejahteraan sosial dan pembangunan ekonomi.

Dengan menciptakan lapangan kerja, meningkatkan infrastruktur, dan mempromosikan praktik pertambangan yang bertanggung jawab, investasi pertambangan hijau berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat lokal, mengurangi kemiskinan, dan mendorong pertumbuhan yang inklusif.

Oleh karenanya untuk menjaga kepercayaan investor global serta produsen mobil listrik terkemuka di dunia, dirinya mengingatkan agar Pemerintah Indonesia perlu menjaga kesehatan iklim investasi dan memastikan bahwa Indonesia, sebagai pemain utama produsen nikel, taat pada aturan keberlanjutan internasional.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement