REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amerika Serikat (AS) terancam mengalami resesi karena krisis penanganan plafon utang yang masih dalam negosiasi sampai saat ini. Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, meminta agar Indonesia tidak menghabiskan waktu untuk memikirkan potensi krisis ekonomi yang dialami AS.
"Kita jangan habiskan energi membahas sesuatu yang tidak akan terjadi. Isu itu lebih ke isu politik dalam negeri AS, antara Demokrat dan Republik. (Itu) terkait persetujuan APBN-nya AS. Pada ujung-ujungnya pasti APBN AS disetujui dan akan ada utang baru AS," ujar Piter kepada Republika.co.id, Jumat (26/5/2023).
Kejadian seperti ini, menurut Piter, pernah terjadi persis pada periode Presiden Donald Trump. Pada saat itu, sempat ramai dan kemudian reda saat APBN disetujui.
"Demokrat dan Republik tidak mungkin membiarkan AS tidak punya APBN dan gagal bayar utang. Itu artinya akan menyebabkan AS bangkrut, yang kemudian membuat dunia bangkrut. Mereka sangat tahu itu dan mereka juga tahu, ketika itu terjadi, AS kehilangan semua kekuasaannya baik dari sisi politik maupun ekonomi. Bangkrutnya ekonomi AS dan dunia akan memunculkan hegemoni baru yang pastinya bukan AS," ujarnya.
Sebelumnya, Amerika Serikat dinilai berpotensi gagal membayar utang pemerintah pada awal Juni jika kongres tak setuju menaikkan batas plafon utang. Hal itu diungkapkan Menteri Keuangan AS Janet Yellen. Gedung Putih dan Partai Republik sedang dalam proses negosiasi tentang plafon utang dan pengeluaran anggaran.