Jumat 26 May 2023 09:40 WIB

IHSG Berbalik ke Zona Hijau di Tengah Data Ekonomi AS yang Menguat

IHSG menguat ke level 6.725,84.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pekerja berada di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (26/4/2023).
Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Pekerja berada di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (26/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona hijau pada perdagangan Jumat (26/5/2023). IHSG menguat ke level 6.725,84 setelah sempat mengalami koreksi sebesar 0,62 persen pada penutupan perdagangan kemarin. 

Penguatan IHSG sejalan dengan pergerakan bursa global. "Indeks saham di Asia pagi ini mayoritas dibuka menguat setelah indeks saham utama di Wall Street semalam ditutup beragam dengan NASDAQ naik 1,71 persen," kata Phillip Sekuritas Indonesia.

Baca Juga

Sementara itu, di pasar obligasi imbal hasil surat utang pemerintah AS bertenor 10 tahun naik 3,8 bps menjadi 3,74 persen di tengah ketidakpastian penambahan plafon utang Pemerintah AS. Gedung Putih dan para politisi Partai Republik di Kongres kemarin memulai kembali negosiasi dalam usaha mencapai kesepakatan sebelum 1 Juni.

Di sisi lain, rilis data ekonomi AS semalam semakin memperkuat pandangan bahwa sejumlah data ekonomi AS belakangan ini tidak sesuai dengan narasi yang dibangun oleh para pakar ekonomi bahwa ekonomi AS akan segera memasuki resesi.

Perhitungan kedua data Produk Domestiok Bruto (PDB) AS di kuartal I 2023 tumbuh 1,3 persen qoq, sedikit lebih tinggi dari estimasi awal, 1,1 persen qoq dan ramalan pasar 1,1 persen qoq. Belanja Konsumen tumbuh 3,8 persen qoq, lebih tinggi dari perhitungan awal 3,7 persen qoq di tengah tingginya tingkat inflasi.

Data Initial Jobless Claims memperlihatkan jumlah penerima untuk pertama kali tunjangan pengangguran di AS mencapai 229 ribu orang untuk minggu yang berakhir 20 Mei. Angka tersebut naik dari 225 ribu pada minggu sebelumnya yang juga adalah level terendah dalam dua bulan namun jauh di bawah ramalan pasar 245 ribu.

"Data Initial Jobless Claims ini memberi indikasi bahwa pasar tenaga kerja AS masih cukup kokoh," kata Phillip Sekuritas Indonesia.

Kombinasi antara pertumbuhan ekonomi yang solid di kuartal I 2023 dan tingkat inflasi yang masih tinggi akan memperbesar peluang bank sentral AS untuk melanjutkan kenaikan suku bunga acuan. Langkah ini diperlukan untuk memperlambat aktivitas ekonomi sehingga tingkat inflasi dapat turun kembali ke target 2,0 persen.

"Pelaku pasar melihat peluang 50 persen suku bunga acuan akan dinaikkan atau dipertahankan oleh Federal Reserve di bulan Juni nanti," ungkap Phillip Sekuritas Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement