REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksi penerbitan obligasi di 2023 tidak akan setinggi 2022. Tahun ini, Pefindo memperkirakan penerbitan obligasi di kisaran Rp 157 triliun, lebih rendah dari realisasi tahun lalu yang mencapai Rp 163,63 triliun.
Menurut Direktur Pemeringkatan Pefindo Hendro Utomo, hal tersebut disebabkan tren suku bunga tinggi. "Alasan lebih rendah karena bunga acuan naik sejak tahun lalu, itu biasanya menjadi faktor yang cukup dominan dalam hal nilai penerbitan surat utang," kata Hendro, Senin (8/5/2023).
Meski demikian, Hendro memproyeksi kenaikan suku bunga AS ke depan akan terus melambat. Hendro melihat terdapat potensi bank sentral AS untuk menahan suku bunga pada pertemuan mendatang.
Jika terealisasi, menurut Hendro, suku bungan acuan yang ditahan akan berimbas positif bagi pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia (BI) pun kemungkinan akan menjaga suku bunga ditingkat akomodatif.
"Suku bunga yang dipertahankan diharapkan dapat membuat perekonomian bisa berjalan dengan baik termasuk penyaluran kredit. Bagi perusahaan yang menerbitkan surat utang bisa menerbitkan surat utang dengan kupon yang bisa dikelola," ujar Hendro.
Adapun penerbitan utang surat utang tahun ini akan didukung oleh banyaknya surat utang yang jatuh tempo pada 2023. Menurut Hendro, jumlahnya bahkan mendekati Rp 150 triliun. Hendro melihat, perusahaaan biasanya akan melakukan penerbitan surat utang baru pada saat surat utang jatuh tempo.
"Pola ini akan tetap dilakukan walaupun dengan bunga yang lebih mahal," ujar Hendro.