REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid 19 memberikan dampak dalam segala sektor, termasuk industri medical aesthetic. Namun, pertumbuhan industri ini diprediksi masih bagus hingga 50 tahun ke depan.
Presiden Direktur Miracle Clinic Group, dr Lanny Juniarti, mengungkapkan dari data pasar global 2022 hingga 2027, industri estetika diprediksi pertumbuhannya bagus. Compound annual growth rate (CAGR) atau tingkat pertumbuhan per tahunnya mencapai 11 persen.
"Industri lain belum tentu mencapai dua digit," ujar Lanny usai peluncuran Miracle Ultimate #EMFACE di Jakarta, Kamis (23/2/2023).
Menurut Lanny, ini indikator yang baik bagi pelaku bisnis estetika medis di Indonesia. Meskipun binsis terdampak pandemi, ternyata pemulihannya cepat.
Sementara itu, merujuk data di Asia Pasifik, Lanny mengatakan pasar estetika medis juga masih bagus. Prediksi CAGR-nya 6,42 persen untuk tahun 2019 sampai 2028. Hal ini terjadi pada negara seperti Jepang.
"Jadi sampai 50 tahun ke depan, masih bagus industrinya," ujarnya.
Lanny mengungkapkan faktor pertumbuhan utama untuk Asia Pasifik ini ialah kecenderungan masyarakat Asia yang lebih peduli dan lebih paham tentang pentingnya perawatan kecantikan. Mereka juga ingin kelihatan lebih muda. Pendapatan yang lebih baik menunjang hal tersebut.
"Mereka punya budjet yang bisa dialokasikan untuk perawatan kecantikan," ujarnya.
Untuk wilayah Asia, menurut dokter Lanny, penggerak utamanya adalah Korea Selatan. Korean beauty benar-benar sedang melanda.
"Korea masih menjadi negara andalan dengan pertumbuhan medical aesthetic yang cepat dan besar di Asia Pasifik, pangsa pasarnya besar, CAGR-nya 13,3, bahkan lebih tinggi dari data global," ungkapnya mengutip salah satu sumber yang memprediksi data indsutri ini tahun 2020 sampai 2027.
Pertumbuhan industri estetika yang besar ini, menurut Lanny, juga turut andil dalam memengaruhi perekonomian Korea Selatan. Di Indonesia, meskipun tidak sebesar di Korea, pertumbuhannya juga bagus.
"CAGR-nya mencapai 6,5 persen hingga tahun 2025, angka ini di atas rata-rata industri," tuturnya.
Lanny mengungkapkan Indonesia datanya bagus karena saat pandemi Indonesia ada bonus demografi. Populasi muda juga cukup besar di Indonesia dan mereka juga memiliki kesadaran tentang pentingnya kecantikan.
"Dari angka ini menggambarkan bisnis kecantikan di Indonesia ini cukup bertahan," ujarnya.