Rabu 14 Dec 2022 21:13 WIB

Mitigasi Kredit Macet, AFPI dan Pefindo Biro Kredit Luncurkan IdFintechScore

AFPI telah memiliki Fintech Data Center untuk mitigasi kredit macet

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) berkolaborasi bersama PT PEFINDO Biro Kredit sebagai Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan meluncurkan produk scoring IdFintechScore untuk memperkuat mitigasi risiko kredit sektor konsumtif di industri fintech lending.
Foto: https://pefindo.com/
Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) berkolaborasi bersama PT PEFINDO Biro Kredit sebagai Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan meluncurkan produk scoring IdFintechScore untuk memperkuat mitigasi risiko kredit sektor konsumtif di industri fintech lending.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) berkolaborasi bersama PT PEFINDO Biro Kredit sebagai Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan meluncurkan produk scoring IdFintechScore untuk memperkuat mitigasi risiko kredit sektor konsumtif di industri fintech lending. 

Ketua Umum AFPI sekaligus CEO dan co-founder Investree Adrian Gunadi berharap keberadaan IdFintechScore ini dapat memperkuat industri fintech lending dari kredit macet. Untuk memitigasi kredit macet, sebelumnya AFPI juga sudah memiliki Fintech Data Center (FDC). 

"Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan kualitas pinjaman khususnya kepada borrower yang memiliki credit scoring yang baik," kata Adrian dalam keterangan resmi, Rabu (14/12).

Direktur Utama PEFINDO Biro Kredit IdScore Yohanes Arts Abimanyu mengungkapkan fintech lending sektor konsumtif saat ini bisa membidik peluang penyaluran pinjaman yang lebih tinggi lagi dengan memanfaatkan credit scoring yang didesain khusus sesuai karakteristik bisnisnya. 

"Hasil analisa akan lebih spesifik, akurat dan tajam guna menjaga kualitas portfolio pinjaman sekaligus membuka potensi bisnis ke depan," ucap Abimanyu.

Menurut Abimanyu, keunggulan produk ini terletak pada scoring model yang menggunakan parameter dan variable spesifik untuk mendalami karakter peminjam, seperti payment behaviour, recent over-indebtedness dan tingkat utilisasi fasilitas yang dimiliki.  

Abimanyu melihat, bisnis fintech lending terutama sektor konsumtif memiliki karakteristik yang berbeda dengan pinjaman konvensional di perbankan. Perbedaan itu mencakup sisi fitur dan jenis produk, segmen dan target pasar, pengukuran risiko termasuk tingkat kolektibilitas borrower.  

"Untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan credit scoring di lingkungan fintech lending, perlu dilakukan penyesuaian scoring model guna mempertajam akurasi agar hasil analisa sesuai dengan risk appetite, proses bisnis, dan segmen pasar," pungkas Abimanyu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement