Senin 07 Nov 2022 22:40 WIB

BPS: Kenaikan Harga BBM tak Pengaruhi Ekonomi Seluruh Kuartal III 2022

Ekonomi Indonesia berhasil tumbuh tinggi pada kuartal III-2022, yakni 5,72 persen yoy

Petugas SPBU mengisi BBM jenis pertalite di mobil warga di SPBU (ilustrasi). Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) hanya terjadi pada satu bulan di kuartal III-2022, yakni pada September. Sehingga dampaknya tidak terjadi pada keseluruhan kuartal.
Foto: ANTARA/Olha Mulalinda
Petugas SPBU mengisi BBM jenis pertalite di mobil warga di SPBU (ilustrasi). Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) hanya terjadi pada satu bulan di kuartal III-2022, yakni pada September. Sehingga dampaknya tidak terjadi pada keseluruhan kuartal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) hanya terjadi pada satu bulan di kuartal III-2022, yakni pada September. Sehingga dampaknya tidak terjadi pada keseluruhan kuartal.

Adapun perekonomian Indonesia berhasil tumbuh tinggi pada kuartal III-2022, yakni 5,72 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy) atau lebih tinggi dari kuartal II-2022 yang sebesar 5,45 persen (yoy).

Baca Juga

"Namun ini tetap butuh kajian lebih lanjut karena belum bisa kami lihat secara langsung bagaimana dampak kenaikan BBM itu kepada pertumbuhan ekonomi," ungkap Margo dalam Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin (7/11/2022).

Kendati demikian, ia menjelaskan, secara sederhana BBM digunakan hampir di seluruh sektor perekonomian Indonesia saat ini. Maka dari itu, kenaikan harga BBM tentunya akan berdampak kepada biaya produksi dan meningkatnya harga barang dan jasa, sehingga akan memberi dampak kepada kemampuan masyarakat untuk mengkonsumsi barang dan jasa.

 

Pada kondisi normal karena biaya produksi meningkat, kata Margo, maka pilihan bagi pelaku usaha adalah menaikkan harga barang dan jasa. "Hal ini yang tentu saja terkompensasi juga kalau misalkan daya beli masyarakat bisa terjaga atau semakin meningkat," tuturnya.

BPS mencatat konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2022 tercatat sebesar 5,39 persen (yoy). Namun angka tersebut sedikit melambat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang mampu meningkat hingga 5,51 persen (yoy).

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan ketiga tahun ini ditopang peningkatan mobilitas, meningkatnya aktivitas belanja pada kelompok masyarakat menengah-atas khususnya untuk kebutuhan tersier, serta daya beli kelompok masyarakat bawah yang terbantu oleh bantuan sosial dan subsidi energi.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement