REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menilai perlambatan ekonomi Indonesia pada Januari–Agustus 2025 lebih dipicu salah urus di dalam negeri ketimbang tekanan global. Ia menyebut pemerintah kini telah membenahi tata kelola fiskal yang sempat membuat laju ekonomi tertahan.
“Kalau dilihat dari sini, perlambatan ekonomi kita sepanjang delapan bulan pertama tahun ini bukan karena faktor global semata. Bahkan mungkin bukan karena faktor global, tetapi karena salah urus di dalam negeri yang sudah kita perbaiki,” ujar Purbaya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI yang diikuti secara daring, Kamis (27/11/2025).
Purbaya menjelaskan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2025 mencapai 5,04 persen (yoy) dengan penopang utama permintaan domestik dan ekspor yang kuat. Investasi tetap solid karena belanja pemerintah mulai diakselerasi setelah sempat melambat di awal tahun.
“Ekspor meningkat dan konsumsi pemerintah tumbuh 5,49 persen, sejalan dengan akselerasi belanja pemerintah pada kuartal III yang meningkat dan diperkirakan terus berlanjut pada kuartal IV,” ujarnya.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang terbesar PDB dengan pertumbuhan 4,89 persen (yoy), sedangkan PMTB tumbuh 5,04 persen (yoy). Angka ini menegaskan daya beli relatif terjaga meski dorongan fiskal sebelumnya telat masuk.
“Ini sudah kami perbaiki, dan ke depan saya pastikan belanja pemerintah pada kuartal I tahun depan akan terus tumbuh. Kami akan mencegah keterlambatan belanja agar dorongan fiskal terhadap ekonomi tetap kuat,” tegasnya.
Ia memaparkan belanja pemerintah sempat menahan ekonomi karena kontraksi pada kuartal I sebesar 1,37 persen dan kuartal II sebesar 0,33 persen. Kuartal III yang kembali tumbuh positif 5,5 persen menjadi tanda perbaikan mulai bekerja.
Purbaya juga menyoroti kebijakan penempatan dana pemerintah Rp 200 triliun di perbankan sebagai langkah membalikkan sentimen dan likuiditas saat ekonomi melambat. Ia menilai kebijakan itu cepat meredam ketidakpuasan publik yang sempat menguat pada pertengahan tahun.
“Kalau kita tidak balik ekonominya kita dalam keadaan bahaya bukan DPR saja, pemerintah juga utamanya. Langkah pemerintah membalikkan dengan Rp200 triliun tadi sudah berhasil trigger optimisme dan trigger sedikit ekonomi kita jadi setelah mereka disurvei lagi di Oktober sudah naik lagi ke level yang tinggi dan di November level 118 ini dibilang level tertinggi sepanjang sejarah.”
Dengan rangkaian perbaikan itu, Purbaya optimistis pertumbuhan kuartal IV 2025 bisa mencapai 5,6–5,7 persen dan membawa pertumbuhan tahunan di kisaran 5,2 persen. Ia menekankan momentum ini harus dijaga lewat kebijakan berkesinambungan dan belanja yang tepat waktu.
“Saya berharap ekonomi kita tumbuh lebih baik pada triwulan IV tahun ini. Dengan berbagai stimulus, kami memperkirakan pertumbuhan bisa mencapai 5,6–5,7 persen. Jika itu tercapai, momentum ekonomi akan berbalik dari perlambatan menuju percepatan, dan secara keseluruhan tahun ini kita dapat mencapai pertumbuhan 5,2 persen,” tuturnya.