Ahad 31 Jul 2022 15:14 WIB

Badan Pangan Nasional Luncurkan Gerakan B2SA, Ajak Masyarakat Konsumsi Pangan Lokal

NFA mendorong para pelaku kuliner lebih mengedepankan penggunaan bahan pangan lokal

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
NFA mendorong para pelaku kuliner lebih mengedepankan penggunaan bahan pangan lokal dalam hidangannya. (ilustrasi)
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
NFA mendorong para pelaku kuliner lebih mengedepankan penggunaan bahan pangan lokal dalam hidangannya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) meluncurkan gerakan pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman atau B2SA di Jakarta, Ahad (31/7/2022). Gerakan itu, salah satunya untuk mengajak masyarakat mengonsumsi aneka ragam pangan lokal sekaligus demi menjaga gizi seimbang.

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, peluncuran B2SA dilaksanakan bertepatan dengan momentum hari ulang tahun pertama NFA. Gerakan itu sekaligus sebagai komitmen NFA untuk berperan aktif tidak hanya mewujudkan stabilisasi dan ketersediaan pangan, melainkan juga turut serta dalam membangun budaya masyarakat mengkonsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman.

Baca Juga

Untuk memperkuat gerakan ini, Arief mengatakan, NFA sudah melakukan kerja sama melalui MoU dengan Indonesian Chef Association (ICA) dalam rangka mendorong para pelaku kuliner lebih mengedepankan penggunaan bahan pangan lokal dalam hidangannya.

Selain itu, NFA juga menggandeng organisasi Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) guna memasyarakatkan potensi dan keunggulan pangan lokal hingga kepelosok desa.

“Kami juga akan menggerakan Dinas Urusan Pangan yang tersebar di 514 kab/kota dan 37 provinsi untuk semakin intensif mengkampanyekan gerakan ini kepada masyarakat di daerahnya. Salah satunya melalui pemanfaatan pekarangan rumah sebagai ladang untuk bercocok tanam komoditas pangan lokal,” kata Arief.

Arief berharap, melalui pembudidayaan, pemanfaatan, dan peningkatan konsumsi pangan lokal yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman, maka ketahanan pangan masyarakat akan semakin terjaga karena tidak harus bergantung pada satu komoditas tertentu. Masyarakatpun semakin sehat karena terpenuhi gizinya.

“Kita juga mengedukasi bahwa dalam satu porsi piring makanan harus terbagi ke dalam tiga jenis makanan, yaitu makanan pokok (karbohidrat), sayuran, serta lauk-pauk dan buah-buahan. Tentunya diimbangin dengan minum 8 gelas air sehari dan aktivitas fisik 30 menit per hari,” ujarnya.

Arief menjelaskan, Indonesia memiliki potensi yang besar dalam keberagaman pangan. Indonesia merupakan negara dengan biodiversitas terbesar kedua di dunia dengan 77 jenis tanaman pangan sumber karbohidrat, 75 jenis sumber minyak atau lemak, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah- buahan, 228 jenis sayuran, serta 110 jenis rempah dan bumbu.

“Kita memiliki beragam pangan sumber karbohodrat seperti sagu, sukun, singkong, jagung, sorgum, kentang, dan ragam umbi-umbian lainnya,” ungkapnya.

Indonesia juga memiliki kearifan budaya pangan lokal di daerahnya masing-masing seperti budaya Manggadong di Sumatera Utara, beras Aruk di Kepulauan Bangka Belitung, nasi Siger di Lampung, Rasi di Jawa Barat, Nasi Jagung di Jawa, Jagung Bose di NTT, Binte Biluhute di Gorontalo, bubur Tinutuan Sulawesi Utara, Kapurung di Sulawesi Selatan, Kasuami, Sinonggi dan Kabuto di Sulawesi Tenggara, Enbal di Maluku, hingga Papeda di Papua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement