Selasa 15 Mar 2022 20:27 WIB

Bangun PLTA, PLN Dapat Suntikan Dana 380 Juta Dolar AS

Selain IBRD, PLTA Upper Cisokan juga akan dapat suntikan dana AIIB

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri BUMN Erick Thohir (kiri) berbincang dengan Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo (kanan) saat mengunjungi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dan Gas (PLTDG) Pesanggaran, Denpasar, Bali. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mendapatkan pendanaan sebesar 380 juta dolar AS untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Upper Cisokan dengan total kapasitas 1.040 megawatt (MW). Pendanaan ini berupa skema perjanjian penerusan pinjaman atau Subsidiary Loan Agreement (SLA).
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Menteri BUMN Erick Thohir (kiri) berbincang dengan Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo (kanan) saat mengunjungi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dan Gas (PLTDG) Pesanggaran, Denpasar, Bali. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mendapatkan pendanaan sebesar 380 juta dolar AS untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Upper Cisokan dengan total kapasitas 1.040 megawatt (MW). Pendanaan ini berupa skema perjanjian penerusan pinjaman atau Subsidiary Loan Agreement (SLA).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mendapatkan pendanaan sebesar 380 juta dolar AS untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Upper Cisokan dengan total kapasitas 1.040 megawatt (MW). Pendanaan ini berupa skema perjanjian penerusan pinjaman atau Subsidiary Loan Agreement (SLA).

Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Hadiyanto menjelaskan dalam pembangunan PLTA ini PLN membutuhkan dana 610 juta dolar AS dengan tenor 24,5 tahun. Hadiyanto menjelaskan kreditur fasilitas pinjaman tersebut adalah International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) yang merupakan bagian dari World Bank Group dengan total pendanaan 380 juta dolar AS.

Selain itu, proyek PLTA Upper Cisokan juga direncanakan akan didanai oleh Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) dengan total pendanaan 230 juta dolar AS dalam bentuk co-financing dengan World Bank dengan skema serupa.

“Kami sangat mendukung pembiayaan ini karena tujuannya untuk membiayai pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan PLTA Upper Cisokan yang berbasis energi baru terbarukan (EBT) dari tenaga air, lebih sustainable, terjangkau, dan tentunya mencukupi pasokan listrik untuk masyarakat nantinya,” ujar Hadiyanto, Selasa (15/3).

Di sisi lain, Deputi Bidang Keuangan dan Manajemen Risiko Kementerian BUMN, Nawal Nely, menilai dalam konteks global dan nasional, pembangunan PLTA Upper Cisokan ini merupakan langkah yang tepat waktu dan kritikal oleh PLN dalam proses transisi energi.

Dalam pandangannya, proyek ini menjawab langsung mandat Sustainable Development Goals (SDGs) terkait pemerataan akses listrik, efisiensi penggunaan energi, serta memperbesar proporsi EBT pada portofolio energi primer PLN dalam jangka panjang.

Selain itu, PLTA ini akan mengurangi ketergantungan dan sensitivitas APBN terhadap gejolak harga komoditas utama, terutama minyak dan gas. Sehingga, koefisien korelasi biaya dengan pergerakan harga minyak dan gas dapat dikurangi.

"Ketiga, ini satu-satunya proyek yang sesuai antara durasi pinjaman dan life expectacy project, sehingga risiko re-financing, selain adanya bunga yang manageable, juga dapat ditangani," tutur Nely.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan dukungan pembiayaan yang kompetitif itu sekaligus menjadi bukti PLN mendapatkan kepercayaan internasional.“Dunia internasional memiliki kepercayaan kepada pemerintah Indonesia dan PLN dalam upaya membangun infrastruktur kelistrikan melalui pembangkit-pembangkit EBT dan rendah emisi karbon. Ini merupakan langkah nyata PLN yang didukung oleh kehadiran pemerintah RI dalam proses transisi energi menuju _net zero emissions_ dengan pasokan EBT dengan skala dan kapasitas besar," ujarnya.

Pembangunan PLTA berkapasitas lebih dari 1.000 MW tersebut menunjukkan salah satu komitmen PLN dalam rangka transisi energi melalui pengembangan energi baru dan terbarukan sebagaimana tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Tahun 2021-2030. 

Proyek ini ditargetkan beroperasi pada 2025 dan memasok kebutuhan listrik di sistem Jawa-Bali."Proyek yang menggunakan teknologi pumped storage ini akan menghasilkan energi efisien, rendah karbon, serta dapat menjadi enabler utama dalam rangka proses transisi energi dan masuknya pembangkit EBT intermittent dalam portofolio besar di sistem Jawa-Bali," ungkap Darmawan.

“Pembangunan PLTA Upper Cisokan ini merupakan salah satu bentuk dukungan PLN terhadap pemerintah Indonesia untuk mewujudkan ekonomi rendah karbon dan pencapaian target bauran energi EBT di Indonesia menuju Net Zero Emission 2060, " ucapnya.

Darmawan menambahkan, proyek ini juga mendukung salah satu pilar G20 tahun 2022. Yaitu pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif dengan sustainable energy transition menjadi isu prioritas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement