REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, sektor industri manufaktur merupakan sektor pendorong utama Indonesia agar keluar dari resesi ekonomi. Peran itu dapat dilihat dari kinerja makro sektor industri manufaktir di beberapa indikator.
"Di antaranya investasi, ekspor, impor, kontribusi pajak, kontribusi terhadap PDB, tingkat pertumbuhan, purchasing managers index (PMI), dan ketenagakerjaan," kata Agus dalam Jumpa Pers Akhir Tahun 2021 Kemenperin di Jakarta, Rabu (29/12). Ia pun memaparkan realisasi investasi di sektor manufaktur pada Januari sampai September 2021 tercatat sebesar Rp 236,79 triliun.
Angka itu naik 17,3 persen dibandingkan realisasi investasi pada periode sama 2020 sebesar Rp 201,87 triliun. Nilai investasi terbesar berada pada sektor logam dasar dan diikuti sektor makanan dan minuman. Realisasi investasi 2021 diharapkan melampaui realisasi investasi tahun 2020 sebesar Rp 270 triliun.
Dari sisi ekspor, ekspor industri manufaktur terus meningkat meski di tengah himpitan pandemi Covid-19. Nilai ekspor industri manufaktur pada Januari sampai November 2021 mencapai 160 miliar dolar AS atau 76,51 persen dari total ekspor nasional.
"Angka ini telah melampaui capaian ekspor manufaktur sepanjang 2020 sebesar 131 miliar dolar AS. Bahkan lebih tinggi dari capaian ekspor tahun 2019 saat pandemi Covid-19 belum merebak," tuturnya.
Bila dibandingkan dengan Januari sampai November 2020, maka kinerja ekspor industri manufaktur pada Januari sampai November 2021 meningkat sebesar 35,36 persen. Kinerja ekspor sektor manufaktur ini sekaligus mempertahankan surplus neraca perdagangan yang dicetak sejak Mei 2020.
Capaian sektor industri manufaktur di sisi investasi dan ekspor di atas, kata dia, mengiringi kontribusi sektor industri manufaktur terhadap penerimaan negara. Sekaligus kontribusi terhadap pembentukan PDB nasional yang terus meningkat.