REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) akan membuat program "Taksi Alsintan" yang ditujukan untuk menggenjot mekanisasi dalam budidaya pertanian dalam negeri. Direktur Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementan, Ali Jamil, menjelaskan Taksi Alsintan adalah program pengadaan alat dan mesin pertanian oleh pelaku usaha di sektor pertanian.
Pelaku usaha tersebut dapat menggunakan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pengadaan alsintan sekaligus untuk fasilitas perawatannya. Adapun alsintan tersebut disiapkan untuk dapat disewa oleh para petani.
"Jadi ibaratnya alsintan itu ditaksikan, disewakan kepada petani. Nanti petani misal mau mengolah lahan, tinggal pesan ke yang menyewakan itu. Tahun 2022 kita akan bergerak cepat untuk ini," kata Ali dalam konferensi pers di Kantor Pusat Kementan, Senin (27/12).
Ali mengatakan, Bank Mandiri, BNI, dan BRI sudah menyatakan komitmen secara tertulis untuk dapat mendukung pembiayaan alsintan tersebut. Adapun kategori alsintan yang dapat dibiayai dalam program ini harus satu paket yang terdiri dari traktor roda dua atau roda empat, pompa, combine harvester, serta penunjang mekanisasi dalam kegiatan pertanian. Total nilai alsintan ditaksir mencapai Rp 1,8 miliar.
"Taksi alsintan ini bisa untuk menjangkau area persawahan seluas 150 hektare. Ini adalah pembiayaan yang unik karena tidak pakai APBN melainkan pembiayaan dari perbankan," kata Ali.
Kementan menargetkan, setidaknya dalam satu kabupaten/kota terdapat dua Taksi Alsintan atau 1.000 Taksi Alsintan seluruh Indonesia. Ali menegaskan, program Taksi Alsintan murni ditujukan utnuk menggenjot mekanisasi pertanian agar petani dapat peralih dari sistem konvensional. Saat ini, diketahui tingkat mekanisasi Indonesia di bawah lima persen dengan kata lain jumlah alat yang bergerak di sawah di bawah lima unit.
"Ini jauh di bawah dari Amerika Serikat misalnya itu sudah 18 persen, Jepang 16-17 persen. Itulah yang kita mau gerakkan," kata Ali.
Di sisi lain, dengan semakin masifnya mekanisasi pertanian, indeks pertanaman (IP) dapat ditingkatkan. Ali mencontohkan, IP untuk padi misalnya masih berkisar 1,4 kali. Rendahnya IP karena budidaya petani yang masih manual. Dengan menggenjot mekanisasi diharapkan dapat naik menjadi setidaknya 1,8 kali.