Selasa 23 Nov 2021 18:37 WIB

Pertamina Genjot Proyek dan Investasi EBT dari Hulu ke Hilir

Investasi EBT Pertamina termasuk panas bumi dan ekosistem kendaraan listrik

Sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk mempercepat proyek dan investasi, PT Pertamina (Persero) terus mewujudkan komitmennya dalam menghadapi transisi energi, dengan menggenjot pelaksanaan proyek Energi Baru Terbarukan (EBT) yang dapat mendukung target ketenagalistrikan nasional
Foto:

Fajriyah menuturkan, untuk pembangkit listrik dengan manfaatkan tenaga surya, Pertamina juga telah mengoperasikan PLTS Cilacap, di area operasi Refinery Unit Cilacap berkapasitas 1,34 MWp, PLTS Badak di area PT Badak NGL Bontang (4 MWp) serta PLTS di 99 area operasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang tersebar di wilayah Sumatra, Jawa dan Kalimantan dengan total kapasitas 668 kWp.

“Komitmen Pertamina tidak hanya sampai di sini, di masa depan seluruh wilayah operasi Pertamina menggunakan pembangkit tenaga surya untuk memanfaatkan energi matahari yang melimpah di wilayah khatulistiwa,” imbuh Fajriyah.

Adapun untuk mendukung rencana pengembangan ekosistem kendaraan listrik, Pertamina telah mengoperasikan 5 (lima) unit Charging Station yang berlokasi di SPBU Pertamina. Charging station ini dikembangkan oleh Subholding Commercial & Trading Pertamina sebagai bagian dari inovasi untuk kebutuhan energi masa depan, terintegrasi dalam konsep baru SPBU ramah lingkungan yakni Green Energy Station (GES) yang telah diresmikan Agustus lalu.

Untuk memastikan pemanfaatan Charging Station dapat berjalan dengan baik, Pertamina terus memantau transaksi dan jumlah daya listrik yang digunakan untuk melakukan pengisian baterai mobil listrik. Data sejak Februari hingga Oktober telah tercatat lebih dari 1.500 pengisian mobil listrik dengan total daya mencapai lebih dari 45 ribu kWh.

 

“Kami bergerak masif untuk EBT, dari hulu hingga hilir demi dapat mewujudkan energi bersih yang diperlukan dalam transisi energi dan mengejar target Pemerintah dalam pengembangan EBT sebesar 23 persen pada tahun 2025,” tandas Fajriyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement