REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Nailul Huda memproyeksikan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal keempat masih akan negatif. Pertumbuhan di zona positif baru akan dirasakan pada kuartal kedua tahun depan.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memproyeksikan, konsumsi rumah tangga bisa kembali ke level nol persen pada kuartal terakhir tahun ini. Namun, Huda menjelaskan, kontraksi yang terlalu dalam pada kuartal kedua menyebabkan konsumsi rumah tangga sulit untuk tumbuh. Tercatat, pada periode April hingga Juni, pertumbuhan belanja masyarakat minus 5,51 persen.
"Akan sangat berat untuk mencapai nol persen di kuartal keempat. Kemungkinan masih negatif," ujar Huda saat dihubungi Republika, Kamis (29/10).
Kontraksi pada konsumsi rumah tangga di akhir tahun menjadi hal yang jarang terjadi. Huda menjelaskan, masyarakat biasa belanja untuk keperluan libur akhir tahun, sehingga konsumsi rumah tangga tumbuh positif. Hanya saja, situasi berbeda terjadi di tahun ini karena faktor pandemi.
Huda mengatakan, tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19 terhadap dunia usaha memberikan dampak pada pendapatan masyarakat. Efek berikutnya, masyarakat harus menekan pengeluaran mereka. Bahkan, masyarakat kelas menengah ke atas cenderung memilih menabung atau berinvestasi dibandingkan harus berbelanja.
Huda memprediksi, tren pemulihan baru akan dirasakan pada tahun depan. Itupun dikarenakan baseline tahun ini yang sudah sangat rendah. "Baru bisa positif pada kuartal kedua 2021 karena dasarnya di kuartal 2020 yang minus," kata dia.
Untuk mengakselerasi pemulihan, Huda menekankan, pemerintah harus fokus dalam mendorong daya beli masyarakat berpenghasilan rendah dan mempercepat pengeluaran masyarakat menengah.
Perlakuan berbeda dibutuhkan untuk menangani dua kelompok tersebut. Untuk mendorong daya beli masyarakat berpenghasilan rendah, Huda menganjurkan pemerintah lebih masif dan memperluas jangkauan bantuan langsung tunai ke masyarakat. "Cara ini paling banyak mendatangkan efek terhadap ekonomi," ucapnya.
Di sisi lain, untuk mempercepat pengeluaran kelas menengah, dibutuhkan sebuah insentif dari pemerintah. Khususnya untuk meningkatkan konsumsi barang-barang dalam negeri.