REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jalan yang terjal dan curam, naik dan turun gunung, ternyata tidak menghentikan langkah kaki Dewi Hajar Pinuji (30 tahun), seorang Mantri BRI Unit Jatinom, Kantor Cabang Klaten untuk mendatangi rumah-rumah nasabah yang berada di pelosok. Medan yang cukup berat yang ditempuh seperti jalan setepak tidak membuat Dewi gentar.
Dewi menjalankan aktivitas dengan melakukan berbagai cara untuk tetap dapat berkomunikasi dengan nasabah maupun calon nasabah di tengah merebaknya penyebaran virus corona (Covid -19). Ia tetap rutin melakukan edukasi kepada nasabah untuk lebih mengenal produk dan layanan keuangan, terutama terkait restrukturisasi pinjaman.
Salah satunya, Dewi memanfaatkan teknologi dengan melakukan edukasi melalui status media sosial seperti status cara pengambilan uang di ATM, atau misalnya ada produk tabel KUR atau tabel asuransi.
"Awalnya, sempat bingung pada awal-awal mewabahnya virus corona, bagaimana nanti bisa menyalurkan kredit dan bertemu calon nasabah, kemudian yang saya lakukan adalah menghubungi nasabah melalui telepon, misalnya WA dulu atau telepon dulu,” katanya Dewi ketika dihubungi, Jumat (3/7).
Saat menemui nasabah, Dewi kerap mendapati beberapa desa melakukan karantina mandiri dan tidak diperkenankan untuk masuk, otomatis harus mengikuti prosedur dengan minta izin ke perangkat daerah dengan menjelaskan tujuannya.
“Misalnya menawarkan restrukturisasi, istilahnya kita bantu buat agar catatan reputasi nasabah itu tetap bagus. Kalau kita tidak bisa masuk kan otomatis kita tidak bisa menyampaikan itu. Jadi kita istilahnya bertemu perangkatnya, RT/RW seperti itu agar bisa masuk. Yang tadinya tinggal masuk saja, kita jadi harus ke sana ke sini dulu,” kata Dewi.
Ia juga menambahkan setiap bertugas turun ke lapangan tetap dengan menjalankan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, membawa hand sanitizer dan jaga jarak (physical distancing).
“Kita juga aktif melakukan sosialisasi dengan masyarakat. Jadi misalnya kita ke nasabah A, nasabah A itu punya relasi B C D E. Nanti yang B C D E kita beri sosialisasi pinjaman. Kenal si A atau B gak? Kerjaannya apa,” Dewi mencotohkan.
Sebagai seorang Mantri BRI, Dewi mengakui dalam penyaluran KUR sangat membantu masyarakat. “Bunganya rendah berkat disubsidi oleh pemerintah, sehingga meringankan masyarakat atas angsurannya selain itu tidak ada biaya apapun, biaya administrasi itu tidak ada,” imbuhnya.
Dewi yang menjadi Mantri BRI sejak Januari lalu mengakui pengalamannya sebagai customer service selama 3 tahun dan teller 2 tahun, menjadi bekal dirinya menekuni profesinya saat ini. Pengalaman itu membuat Dewi sudah terlatih menghadapi nasabah, banyak tantangan yang dihadapi saat melakukan penyaluran kredit.
Seperti kondisi lokasi tempat tinggal nasabah yang jauh, dari desa ke desa. “Kalau kesulitannya karena lokasinya lumayan luas, jadi kita masuk desa-desa. Jadi hambatannya hanya wilayah, terus kalau untuk penyaluran sendiri kebanyakan para calon nasabah lebih berminat ke KUR,” jelasnya.
Selain itu, menurut Dewi, sebagai Mantri BRI dirinya juga didukung dengan digitalisasi melalui aplikasi BRISPOT. “Biasanya kita gunakan untuk melihat BI checking nasabah, nanti melihat pinjaman nasabah ada di mana. Terus pinjamannya berapa, itu kan kalau dari bank-bank yang masuk ke OJK itu keliatan. Jadi kita lebih selektif,” tukasnya.
Sebagai Mantri, Dewi juga membantu restrukturisasi kredit para debitur dari berbagai sektor usaha yang terdampak Covid-19.
“Kalau saya sendiri itu merestrukturisasi sekitar 200 lebih debitur. Banyak karena yang terdampak, karena kita deket pasar yang otomatis omzet mereka turun. Namun dengan adanya program restrukturisasi ini sangat membantu menjaga para pedagang untuk tetap bertahan di tengah pandemi,” tutup Dewi.