Jumat 07 Feb 2020 05:57 WIB

Properti Mahal, Bisnis Kosan Kian Menjanjikan

Tiap tahun tren penyewa kosan terus tumbuh.

Rep: Novita Intan/ Red: Indira Rezkisari
Kamar Keluarga menghadirkan hunian co-living berfasilitas lengkap dengan harga terjangkau. Bisnis kosan diprediksi meningkat seiring tingginya harga properti.
Foto: Republika/Adysha Citra R
Kamar Keluarga menghadirkan hunian co-living berfasilitas lengkap dengan harga terjangkau. Bisnis kosan diprediksi meningkat seiring tingginya harga properti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada tahun ini sektor properti berpotensi lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Peluang tersebut dapat terlihat dari  kreativitas pelaku industri untuk menyediakan hunian yang paling digemari yakni co-living termasuk rumah kos.  

Department Head Research & Consultancy PT Savills Consultants Indonesia Anton Sitorus mengatakan pertumbuhan sektor properti dapat menjadi lebih maksimal dengan kreativitas pengembang mengemas produk terutama mengenai harga.

Baca Juga

"Permintaan besar, tetapi untuk bisa tumbuh pengembangnya harus kreatif dalam membuat produk dan harga terjangkau. Jika itu terpenuhi, saya yakin market meningkat,” ujarnya.

Menurutnya salah satu konsep yang digemari adalah co-living. Namun jika konsep co-living ditawarkan dengan harga tinggi, pembelinya tentu juga akan terbatas. “Market co-living seperti properti lain pasarnya ada, asalkan harga cocok,” katanya.

Sementara Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda menambahkan saat ini harga properti sudah sangat tinggi, sehingga kesulitan untuk dijual. "Namun masih ada juga investor yang membeli dengan harapan harganya akan terus naik. Padahal, pasar properti sama seperti ekonomi mempunyai siklus pasar, ini sering kali diabaikan oleh investor," ucapnya.

Peluang pasar kosan di kota-kota besar diakui oleh PT Hoppor International. Perusahaan yang dikenal dengan nama Kamar Keluarga menyebut setiap tahun tren penyewa kosan terus tumbuh.

CEO Kamar Keluarga Charles Kwok mengatakan Kamar Keluarga meluaskan jaringanya di kota-kota besar dan daerah penyangganya. Selama dua tahun berdiri, Kamar Keluarga kini telah memiliki 2.041 kamar yang tersebar di 75 lokasi di Jabodetabek dan Bandung.

"Kami akan terus melihat setiap potensi pengembangan bisnis kosan. Hal ini untuk menjawab kebutuhan pasar,” ujarnya.

Untuk mendukung ekspansi tersebut, Kamar Keluarga akan melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dana hasil IPO akan digunakan untuk menambah jaringan beberapa daerah.

Selain mendirikan kos sendiri, Kamar Keluarga sejatinya juga membuka peluang kepada para pemilik aset berupa tanah atau properti mengganggur untuk dijadikan produktif dan menghasilkan passive income.

"Sistemnya bagi hasil, Kamar Keluarga akan menjadikan lahan atau bangunan tidak produktif menjadi kamar kos atau hunian co-living. Nantinya pemilik akan mendapat uang sewa jangka panjang 10 tahun hingga 25 tahun," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement