REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, kenaikan Purchasing Manufactur Index (PMI) Indonesia pada November dikarenakan faktor musiman menjelang akhir tahun. Hanya saja, tren ini belum tentu menggambarkan kinerja manufaktur mengalami perbaikan secara signifikan sepanjang 2019.
Yusuf mengatakan, pada kuartal keempat, biasanya akan terjadi peningkatan permintaan terhadap hasil produksi manufaktur, sehingga pabrik meningkatkan produksi. Hal ini juga terkonfirmasi dari data impor bahan baku penolong pada bulan Oktober yang mencapai 10,8 miliar dolar AS.
"Naik dibandingkan data September yang mencapai 10,2 miliar dolar AS," katanya ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (2/12).
Menurut data yang dirilis IHS Markit pada Senin (2/12), PMI Indonesia per November 2019 adalah 48,2 atau berada di bawah level 50, yang menunjukkan industri berada dalam situasi kontraksi. Dibanding dengan PMI Oktober yang mencapai level 47,7, kinerja manufaktur Indonesia mengalami perbaikan dalam kurun waktu sebulan. Hanya saja, level November menjadi level terendah kedua sepanjang 2019 dengan titik terendah terjadi pada Oktober.
Yusuf menambahkan, pertumbuhan manufaktur masih akan berada pada kondisi melambat pada kuartal terakhir. Indikatornya adalah perlambatan pertumbuhan indeks penjualan riil.
Di samping itu, Yusuf menjelaskan, indikator PMI yang masih berada di bawah level 50 menandakan bahwa pengusaha atau industri masih menahan ekspansi. Dampaknya, akan berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor manufaktur.
Oleh karena itu, Yusuf memproyeksikan, PMI Indonesia pada kuartal keempat ini berada pada titik 50. "Paling maksimal, prediksi saya di titik 50. Agak sulit jika diatas level 50," tuturnya.
Kinerja manufaktur Indonesia pada November masih lesu. Kondisi ini terlihat dari Purchasing Manufactur Index (PMI) Indonesia yang diluncurkan
IHS Markit memprediksi, PMI Indonesia berada pada level 48,0 sampai akhir kuartal keempat. Dengan begitu, rata-rata PMI sepanjang 2019 berada pada level 51,50. Artinya, secara keseluruhan, manufaktur domestik masih mengalami ekspansi.
Dalam jangka panjang, PMI Indonesia diproyeksikan berada pada level 51,50 pada 2020. Prediksi ini disampaikan IHS Markit berdasarkan model ekonometrik mereka.