Rabu 23 Oct 2019 08:11 WIB

Harga Minyak Catat Kenaikan Didukung Laporan OPEC

Anggota OPEC sepakat membuat pengurangan produksi minyak mentah.

Ilustrasi Kilang Minyak
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Kilang Minyak

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Minyak berjangka ditutup lebih tinggi pada akhir perdagangan Selasa (22/10) yang merupakan kenaikan pertama dalam tiga sesi. Kenaikan harga didukung oleh laporan bahwa produsen minyak utama akan mempertimbangkan pengurangan produksi yang lebih dalam ketika mereka bertemu pada Desember.

Anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu mereka akan mempertimbangkan untuk membuat pengurangan lebih lanjut dalam produksi minyak mentah ketika mereka bertemu pada Desember. Hal ini dilakukan karena meningkatnya kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan permintaan minyak, menurut sumber dari klub penghasil minyak itu.

"Sepertinya OPEC membenarkan bahwa mereka akan melakukan apa pun untuk mendukung minyak," Phil Flynn, analis pasar senior di Price Futures Group, mengatakan.

Laporan itu juga mengatakan anggota OPEC Arab Saudi ingin meningkatkan tingkat kepatuhan terhadap perjanjian, karena Irak dan Nigeria adalah di antara negara-negara yang belum sepenuhnya mematuhi pengurangan, kata laporan itu. Berdasarkan pakta pemangkasan produksi yang dimulai pada awal tahun ini dan berlangsung hingga Maret 2020, OPEC dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, sepakat untuk memotong produksi sebesar 1,2 juta barel per hari.

Minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November naik 0,85 dolar AS atau 1,6 persen menjadi menetap pada 54,16 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, setelah turun 0,9 persen pada Senin (21/10). Kontrak November berakhir pada penyelesaian Selasa (22/10).

Minyak mentah WTI untuk penyerahan Desember, kontrak bulan depan yang baru, menetap pada 54,48 dolar AS per barel, naik 97 sen atau 1,8 persen. Sementara itu, acuan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember naik 0,74 dolar AS atau 1,3 persen menjadi ditutup pada 59,70 dolar AS per barel pada London ICE Futures Exchange, menyusul penurunan 0,8 persen pada hari sebelumnya.

Minyak mentah telah di bawah tekanan di tengah kekhawatiran tentang selera global untuk komoditas karena ekonomi di dalam dan di luar AS menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Namun, harapan bahwa AS dan China dapat mencapai kesepakatan perdagangan segera akan memberikan dukungan terhadap minyak mentah.

Presiden Trump pada Senin (21/10) mengatakan negosiasi perdagangan China dan Amerika Serikat berjalan dengan baik, dan negosiator perdagangan utamanya, Robert Lighthizer, menyatakan bahwa rancangan perjanjian dapat disepakati pada pertemuan Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik 11-17 November di Santiago, Chile. Ke depan, para pedagang juga menunggu pembaruan laporan tentang stok minyak mentah dan produk AS mingguan.

Penurunan pekan lalu dalam pasokan produk minyak AS menunjukkan bahwa permintaan tidak seburuk yang ditunjukkan oleh data utama.

"Ada sedikit perdagangan reflasi yang terjadi karena sejumlah analis mendorong kembali gagasan perlambatan global yang berlebihan," kata Stephen Innes, ahli strategi pasar Asia Pasifik di AxiTrader mengatakan kepada MarketWatch.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement