Kamis 10 Oct 2019 07:45 WIB

Ketimpangan Melebar: 1% Warga Kuasai 50% Aset Nasional

Pertumbuhan pendapatan masyarakat kaya lebih tinggi daripada masyarakat miskin.

Ilustrasi Kesenjangan Sosial
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ilustrasi Kesenjangan Sosial

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) menyampaikan laporan akhir kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) di Istana Wakil Presiden, Rabu (9/10). TNP2K dalam laporannya menyebut ketimpangan antara si kaya dan si miskin di Indonesia semakin melebar.

Sekretaris Eksekutif TNP2K Bambang Widianto menyampaikan, rasio Gini yang menjadi indikator ketimpangan memang cenderung menurun. Namun, kata dia, ketimpangan absolut semakin lebar.

"Rasio Gini adalah ketimpangan yang relatif. Kalau ketimpangan absolut, yang paling miskin dibandingkan yang kaya, ini semakin sangat timpang," kata Bambang dalam paparannya, kemarin.

Kendati demikian, Bambang tak memaparkan data pembanding terkait melebarnya ketimpangan. Namun, saat diwawancarai wartawan seusai menyampaikan laporan kepada JK, Bambang mengungkapkan, 1 persen orang Indonesia menguasai 50 persen aset nasional. Sementara, 10 persen keluarga terkaya menguasi 70 persen aset nasional.

"Artinya, sebanyak 90 persen penduduk memperebutkan 30 persen sisanya. Itu yang perlu dikoreksi," kata Bambang yang juga menjabat Deputi Bidang Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Sekretariat Wakil Presiden tersebut.

Bambang menjelaskan, ketimpangan absolut semakin besar karena pertumbuhan pendapatan masyarakat kaya lebih tinggi daripada masyarakat miskin. Redistribusi pendapatan melalui perpajakan menjadi salah satu solusi yang dinilai ampuh untuk mengurangi kesenjangan.

"Pajak harus dilakukan secara efektif. Orang yang harus membayar pajak, membayar pajak dengan tingkat yang fair juga," kata Bambang.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh rasio Gini sebesar 0,382 pada Maret 2019. Angka ini menurun 0,002 poin jika dibandingkan rasio Gini September 2018 yang sebesar 0,384 dan menurun 0,007 poin dibandingkan dengan Maret 2018 yang sebesar 0,389.

Bambang mengatakan, Indonesia berada di urutan keempat di dunia sebagai negara dengan ketimpangan tertinggi setelah Rusia, India, dan Thailand. Walaupun rasio Gini terus menurun, ujar dia, terdapat konsentrasi aset nasional pada sebagian kecil kelompok terkaya.

Dalam kesempatan itu, ia pun membandingkan ketimpangan yang terjadi di Indonesia dengan negara lain, seperti Amerika Serikat. Menurut dia, kesenjangan di Amerika Serikat juga cukup tinggi. "Akan tetapi, orang yang paling miskin masih bisa beli mobil dan sewa rumah," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement