Rabu 09 Oct 2019 00:15 WIB

Manufaktur Turun Empat Bulan, Daya Saing Produk Jadi Kunci

Dampak dari melemahnya manufaktur bakal memperlebar defisit perdagangan Indonesia.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi Manufaktur
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Manufaktur

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Sektor industri manufaktur mengalami penurunan selama kurun empat bulan terakhir, sejak April hingga Agustus 2019. Pada April 2019, angka purchasing managers index (PMI) manufaktur Indonesia masih berada pada angka 50,45. Angka PMI kemudian turun konsisten hingga menyentuh 49 pada Agustus 2019.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pariwisata, Ngakan Timur Antara mengakui telah terjadi tren penurunan manufaktur secara di Indonesia. Angka PMI yang berada di bawah 50 menunjukkan para industri domestik mengalami penurunan produksi. Hal itu lantas berdampak pada penurunan ekspor maupun impor.

Baca Juga

Namun, dampak negatif dari melemahnya manufaktur, terlebih yang berorientasi pada ekspor, bakal memperlebar defisit perdagangan Indonesia.

"PMI kita turun empat bulan berturut-turut. Maka harus ada suatu kebijakan yang diambil. Kebijakan utama adalah bagaimana kita meningkatkan daya saing," kata Ngakan dalam Workshop Pendalaman Kebijakan Industri di Padang, Selasa (8/10).

Persoalan daya saing industri masih menjadi pekerjaan rumah terbesar bagi Indonesia ke depan. Sebab, ekspor produk industri manufaktur masih harus ditingkatkan karena negara membutuhkan pendapatan yang lebih demi mendorong tinggi pertumbuhan ekonomi.

Di tengah upaya meningkatkan daya saing, sektor manufaktur dihadapkan pada tantangan resesi ekonomi global. Karenanya, Ngakan menilai perlu upaya multi dimensi untuk mengantisipasi segala kemungkinan buruk dari ancaman resesi ekonomi global. Khususnya yang dapat menekan laju pertumbuhan industri manufaktur.

"Ini multieffort. Moneter harus bermain, fiskal juga. Lalu bagaimana regulasi yang memihak kepada dunia usaha harus kita benahi," ujar dia.

Ngakan menegaskan, pangkal dari segala persoalan ekonomi global serta pelemahan industri di Indonesia adalah perang dagang antara AS dan Cina. "Bukan kami bermaksud mencari alasan tapi itulah kenyataan. Secara regional ini juga terjadi," kata Ngakan.

Selain Indonesia, Ngakan mengatakan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam juga mengalami pelemahan PMI manufaktur di negara masing-masing. Pada Agustus 2019, Malaysia dan Singapura memiliki angka PMI 47,5 dan 49,9, tidak jauh berbeda dengan Indonesia.

Negara yang masih cukup ekspansis dari sektor manufakturnya yakni Thailand dan Vietnam. Meski kurun waktu Mei-Agustus mengalami penurunan PMI, dua negara itu masih memiliki PMI di angka 50 dan 51,4. "Kalau mau adil, kita harus lihat negara lain dan itu memang terjadi secara regional," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement