Rabu 17 Jul 2019 23:35 WIB

Kementerian ESDM Kirim Tim Tangani Gelembung Gas

Gelembung gas muncul dalam proses pengeboran untuk mengaktifkan kembali sumur YYA1

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Gita Amanda
PHE ONWJ gelar upacara di anjungan lepas pantai di tengah Laut Jawa.
Foto: Pertamina Hulu Energi
PHE ONWJ gelar upacara di anjungan lepas pantai di tengah Laut Jawa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) dan juga Sekretaris Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sedang menangani kasus kebocoran pada kegiatan pengeboran sumur YYA1 yang dioperatori Pertamina Hulu Energi (PHE) Blok Offshore North West Java (ONWJ) di sekitar anjungan lepas pantai YYA1 atau sekitar dua kilometer (km) dari pantai utara Jawa, Karawang, Jawa Barat (Jabar).

"Tim kami sedang berada di lokasi sejak Jumat, kami segera kirim ke sana petugas. Masih di Pertamina crisis center. Berupaya semaksimal mungkin untuk atasi kejadian yang terjadi di platform ONWJ (saat) lagi ada kegiatan pengeboran," ujar Djoko di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (17/7).

Baca Juga

Gelembung gas muncul dalam proses pengeboran untuk mengaktifkan kembali sumur YYA1 untuk diproduksi kandungan minyak dan gasnya (migas) pada Jumat (12/7).

Begitu terjadi kebocoran, kata Djoko, PHE langsung melakukan evaluasi terhadap para kru yang bertugas dan mengantisipasi dampak kerusakan lingkungan. Kata Djoko, semburan minyak dan gas masih berada di sekitar lokasi proyek.

"Sekarang sudah ada oil spill. Upaya atasi setiap oil spill yang keluar. Berapa besar tidak tahu, sudah antisipasi diambil tapi belum sampai ke pesisir. Upaya pertama orang evakuasi, kedua, lingkungan supaya minyak tidak menyebar kemana-mana, kita tangkap, kita bereskan," ucap Djoko.

Djoko menyampaikan telah dilakukan penghentian gelembung gas dengan melakukan pengeboran miring, meski  mengakibatkan anjungan lepas pantai mengalami kemiringan, yang saat ini sudah mencapai delapan derajat.

"Sekarang sedang upayakan lakukan bor miring untuk atasi tutup terjadinya semburan gas. Risiko yang paling fatal adalah rig-nya tenggelam, tapi sekarang baru miring delapan derajat," kata Djoko.

Djoko menyampaikan, usaha maksimal sedang dilakukan agar tidak berdampak besar seperti yang terjadi pada film "Deep Water Horizon" tentang pengeboran. Djoko menilai dampak dari kebocoran belum sampai pada wilayah pesisir. Meski begitu, tim melakukan upaya evaluasi guna menghidari jatuhnya korban.

Djoko mengatakan belum mengetahui penyebab terkait munculnya gelembung migas di lapangan YYA1. Dia menyampaikan sejauh ini tak ada korban jiwa akibat kejadian tersebut tersebut.

"Penanganan awal itu orang, lingkungan, dan baru investigasi (penyebabnya)," kata Djoko menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement