Selasa 30 Apr 2019 05:30 WIB

Pembiayaan Unit Syariah Maybank Indonesia Tumbuh 22,1 Persen

Maybank Indonesia juga berhasil meningkatkan total simpanan yang melonjak 52,2 persen

Rep: Farah Noersativa/ Red: Nidia Zuraya
Maybank Syariah Indonesia
Foto: MSI
Maybank Syariah Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Unit Usaha Syariah (UUS) Maybank Indonesia mencatat pertumbuhan pembiayaan sebesar 22,1 persen, mencapai Rp 24,6 triliun pada Maret 2019 dari Rp 20,2 triliun tahun lalu.  Pertumbuhan pembiayaan disertai kualitas aset yang lebih baik dengan tingkat Non Performing Financing (NPF) sebesar 2,9 persen (gross) dan 2,1 persen (net) per 31 Maret 2019 dibandingkan 3,2 persen (gross) dan 2,1 persen (net) tahun lalu. 

UUS Maybank Indonesia juga berhasil meningkatkan total simpanan yang melonjak 52,2 persen menjadi Rp 26,6 triliun pada Maret 2019, dibandingkan Rp 17,5 triliun tahun lalu. Kenaikan ini didukung dengan upaya yang terfokus pada peningkatan basis nasabah dan peluncuran produk inovatif seperti tabungan haji MyArafah. 

Baca Juga

Total aset Syariah pun meningkat sebesar 21,7 persen menjadi Rp 32,9 triliun. Angka imi menyumbang sebanyak 17,5 persen total aset konsolidasian Bank.

Sementara, PT Maybank Indonesia Finance (Maybank Finance) juga terus mencatat kinerja yang solid dengan laba sebelum pajak meningkat sebesar 17,5 persen, menjadi Rp 112,0 miliar pada kuartal pertama 2019 dari Rp 95,3 miliar tahun lalu. Angka itu meningkat meskipun total pembiayaan berkurang 3,5 persen.

Maybank Finance terus fokus dalam memastikan pengelolaan kualitas aset yang sehat.  NPL gross dan net masing-masing berada pada tingkat 0,34 persen dan 0,18 persen per 31 Maret 2019 dibandingkan dengan masing-masing 0,38 persen dan 0,31 persen tahun lalu.

PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM) juga terus melakukan pendekatan konservatif dalam menumbuhkan portofolionya sehubungan industri mengalami perlambatan pada tiga bulan pertama 2019.  Total pembiayaan konsumer hanya WOM,  turun tipis sebesar 3,2 persen  menjadi Rp7,4 triliun pada Maret 2019 dari Rp7,6 triliun tahun sebelumnya.

Provisi kerugian pembiayaan WOM naik 29,7 persen menjadi Rp 130,6 miliar. Hal itu disebabkan karena adanya portofolio yang terkena  gempa bumi di Palu, Sulawesi Tengah.  Penurunan pada volume bisnis dan dampak dari force majeure menyebabkan penurunan laba sebelum pajak menjadi Rp 55,6 miliar pada Maret 2019 dari Rp 72,7 miliar pada Maret 2018.

NPL gross WOM naik dari 2,17 persen pada Maret 2018 menjadi 3,18 persen pada Maret 2019. Akan tetapi, NPL net mengalami perbaikan dari 1,11 persen menjadi 0,88 persen. Ke depan, WOM akan terus fokus menumbuhkan bisnis dengan praktik manajemen risiko yang prudent.

“Kinerja kuartal pertama kami memperlihatkan Maybank Indonesia terus memetik manfaat dari fondasi kuat yang telah dibangunnya.  Bank telah membangun basis modal dan likuiditas yang kuat serta strategi pengembangan bisnis berkelanjutan yang kuat melalui transformasi ritel, peningkatan digital banking, transformasi budaya serta seleksi kualitas aset untuk memastikan peningkatan value terus menerus kepada seluruh stakeholder,” kata Presiden Komisaris  Maybank Indonesia dan Group President & CEO of Maybank, Datuk Abdul Farid Alias dalam keterangan pers yang diterima Republika, Selasa (30/4).

Meskipun iklim eksternal tetap penuh dengan tantangan, kata dia, pihaknya meyakini akan mampu mengelola risiko. Pihaknya juga akan memastikan pertumbuhan yang kuat pada bisnis di kuartal-kuartal mendatang.

“Meskipun awal 2019 penuh tantangan, kami telah kembali pada momentum pertumbuhan seperti tercermin dari perkembangan top line kami.  Dalam meraih kembali pertumbuhan, kami terus menjalankan  strategi portofolio yang prudent dan kebijakan manajemen risiko yang kuat untuk mempertahankan kualitas aset,” kata Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement