Rabu 24 Apr 2019 12:34 WIB

Kadin: Indonesia Paling Akhir Terima Pelimpahan Investasi

Pemerintah perlu membangun industri manufaktur untuk mendorong investasi.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan Roeslani
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan Roeslani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menyebut Indonesia merupakan negara paling akhir untuk mendapatkan pelimpahan investasi. Para investor lebih memilih menanamkan modalnya ke negara Vietnam, Thailand dan Malaysia.

“Sekarang ini trennya investasi yang beralih ke ASE. Terus terang kita paling bontot yang mendapatkan pelimpahan investasi masuk ke Indonesia, lebih banyak ke Vietnam, Thailand, Malaysia mereka menikmati perpindahan relokasi pabrik yang ada di Cina,” ujar Ketua Kadin Rosan Roeslani saat acara ‘Economic & Investment After 2019 Election: What’s Next?’ di Ritz Carlton Pasific Place, Rabu (24/4).

Baca Juga

Menurutnya saat ini pemerintah harus membangun industri manufaktur lantaran industri ini terus mengalami penurunan cukup signifikan. Tercatat industri manufaktur pada 2014 sebesar 30 persen terus mengalami penurunan hingga tahun ini hanya 19-20 persen.

“Selama ini yang terjadi dereindustralisasi bukan tidak tumbuh tapi di bawah pertumbuhan kita. Industri manufaktur 2014 hampir 30 persen, 2019 hanya 19-20 persen dan terus menurun,” ucapnya.

Tantangan kedua yang harus dilakukan pemerintah yakni pengendalian bahan baku impor yang telah mencapai 90 persen. Diperlukan pembangunan industri yang sehat dan ditunjang industri pariwisata yang diperkirakan akan menjadi penyumbang nomor satu pendapatan negara.

“Selama ini bidang usaha wait dan see karena demand flat mereka kita tidak bisa ekspansi. Demand flat karena daya beli menurun terutama middle up mengalami stagnan,” ungkapnya.

Untuk itu, ia menghimbau para pengusaha dapat menjaga momentum pasca Pemilu 2019. Sebab, tantangan ekonomi ke depan terus bergejolak terutama segi ekspor yang selama 10-15 terakhir cukup terlena karena ekspor bertumpu pada komoditas. 

“Kita perlu menjaga momentum euforia. Pertumbuhan kita tumbuh pada investasi dan ekspor karena segi investasi akan berkontribusi 32-34 persen dalam pertumbuhan GDP,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement