REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami penurunan signifikan pada perdagangan Senin (24/3/2025). Pada pukul 10.06 WIB, IHSG tercatat anjlok 2,54 persen atau 158,98 poin ke level 6.099,2, dengan nilai transaksi mencapai Rp 4,19 triliun dan frekuensi perdagangan sebanyak 347.000 kali.
Ekonom Yanuar Rizki menilai, penurunan IHSG ini disebabkan oleh faktor rebalancing portofolio oleh hedge fund yang biasanya terjadi pada bulan Maret dan diperkirakan akan mereda pada April. Ia juga menyoroti potensi tekanan terhadap Bank Indonesia (BI) untuk bersaing dalam menentukan suku bunga baru Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
"Kita akan menghadapi volatilitas pasar yang menekan BI bersaing dalam menentukan bunga baru SRBI," ujar Yanuar dalam pesan singkatnya kepada wartawan, Senin (24/3/2025).
Selain itu, Yanuar mencatat, meskipun nilai tukar rupiah dapat dijaga stabil, BI mungkin perlu menaikkan suku bunga SRBI untuk menarik investor, yang dapat menyebabkan peningkatan utang luar negeri BI. Ia juga menambahkan, selama rebalancing portofolio hedge fund ini bersifat sementara dan biasa terjadi pada Maret, kondisi pasar diharapkan akan stabil kembali pada April.
Namun, Yanuar mengingatkan adanya potensi masalah fiskal dan pelemahan transaksi antar kelas masyarakat yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi ke depan. "Problemnya isu on curve fiskal kita buruk, potensi pelemahan transaksi antar kelas masyarakatnya juga jelek," tambahnya.
Pada penutupan perdagangan pekan lalu, IHSG telah mengalami penurunan 1,94 persen atau 123,49 poin ke level 6.258,18. Analis memproyeksikan IHSG akan bergerak fluktuatif dalam rentang 6.100–6.370 menjelang libur panjang, dipengaruhi oleh aksi ambil untung serta sentimen pasar terhadap data ekonomi global dan kebijakan The Fed. Dengan kondisi pasar yang volatil dan tantangan ekonomi yang ada, investor disarankan untuk tetap waspada dan mempertimbangkan berbagai faktor sebelum mengambil keputusan investasi.