Selasa 25 Mar 2025 10:37 WIB

IHSG Naik Tipis, tapi Pasar Masih Diliputi Ketidakpastian

IHSG dibuka naik 76,834 poin atau 0,013 persen ke level 6.161,216.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Friska Yolandha
Karyawan memfoto layar eletronik pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (19/3/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat setelah turun dalam empat hari perdagangan berturut-turut. Pada penutupan Rabu (19/3), IHSG naik 1,42% atau 88,27 poin ke 6.311,66 pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan memfoto layar eletronik pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (19/3/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat setelah turun dalam empat hari perdagangan berturut-turut. Pada penutupan Rabu (19/3), IHSG naik 1,42% atau 88,27 poin ke 6.311,66 pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami sedikit penguatan pada awal perdagangan 25 Maret 2025. IHSG dibuka naik 76,834 poin atau 0,013 persen ke level 6.161,216. Sebanyak 40 saham menguat, sementara 41 saham melemah. Namun, kenaikan ini masih belum cukup untuk menghapus tekanan besar yang terjadi sebelumnya. Sehari sebelumnya, pada 24 Maret 2025, IHSG ditutup di level 6.161,218.  

Meskipun mengalami kenaikan kecil, IHSG masih berada dalam tren penurunan tajam sejak enam bulan terakhir. Sepanjang tahun ini, nilai pasar telah turun 12,98 persen, dan secara tahunan, IHSG sudah kehilangan lebih dari 16 persen nilainya. Indonesia kini menjadi salah satu pasar saham dengan kinerja terburuk di Asia.  

Baca Juga

Penurunan ini bukan tanpa sebab. Investor merasa ragu karena kebijakan ekonomi yang tidak jelas. Ketidakpastian fiskal, pembentukan sovereign wealth fund yang kontroversial, serta spekulasi politik membuat kepercayaan pasar semakin menurun. Akibatnya, investor asing menarik dananya, sementara investor domestik memilih menunggu.  

"Dalam enam bulan terakhir, IHSG telah anjlok dari kisaran 7.800 pada September 2024 ke level 6.161,218. “Grafik pergerakan IHSG selama enam bulan terakhir menyajikan narasi yang lebih jujur dibandingkan pidato pejabat,” kata Ekonom dari Universitas Andalas Syafruddin Karimi dalam pesan singkatnya, Selasa (25/3/2025).

Volatilitas yang tinggi juga terlihat dari pergerakan harga saham harian yang bisa mencapai 300 poin. Investor asing menarik modal mereka karena melihat risiko kebijakan yang meningkat, sementara investor lokal cenderung menunggu kepastian yang belum ada.  

Menurut Syafruddin, kepercayaan pasar bukan hanya soal seberapa tinggi IHSG, tetapi juga tentang transparansi dan konsistensi kebijakan pemerintah. “Dari sudut pandang ekonomi politik, grafik ini adalah cerminan hilangnya narasi tunggal dalam pengelolaan ekonomi nasional,” jelasnya.  

Saat ini, Bank Indonesia berusaha menjaga stabilitas rupiah, tetapi tanpa dukungan kebijakan fiskal yang jelas, kondisi pasar tetap tidak menentu. “Yang terjadi adalah koreksi terus-menerus tanpa katalis pemulihan yang kuat,” lanjutnya.  

Ia menilai pemerintah harus segera mengambil langkah nyata. Kebijakan fiskal harus dikomunikasikan dengan jelas, termasuk penjelasan logis mengenai penempatan saham BUMN dalam Danantara. Sementara itu, Bank Indonesia harus memperkuat kebijakan yang menjaga stabilitas nilai tukar dan daya tarik investasi dalam negeri.  

Meski situasi saat ini sulit, Syafruddin menilai masih ada peluang untuk pemulihan. Dengan komunikasi kebijakan yang lebih baik dan sinergi antar lembaga, kepercayaan pasar bisa kembali.

“Jika itu dilakukan, grafik ini bisa menjadi awal pemulihan, bukan akhir dari kejatuhan,” harapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement