REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memperkirakan periode inspeksi terhadap pesawat Boeing 737 MAX 8 dilakukan dalam waktu paling singkat 2-3 pekan. Pemerintah, melalui Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan, memutuskan untuk menginspeksi pesawat Boeing 737 MAX 8 di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng, setelah insiden kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines dan Lion Air.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebutkan, inspeksi dilakukan untuk melihat kelaikan terbang dan mendengar klarifikasi dari pihak maskapai serta Boeing. Sejalan dengan proses inspeksi ini, pemerintah pun meminta seluruh maskapai pengguna MAX 8 untuk mengandangkan pesawat hingga waktu tak ditentukan.
"Kita memang mesti hati-hati. Satu sisi, kita pastikan pesawat itu tidak terbang supaya ada rasa aman bagi masyarakat. Tugas kedua kita, menginspeksi apakah memang ada masalah atau tidak," kata Budi di Istana Negara, Rabu (13/3).
Budi menjelaskan, pemerintah akan membuat kebijakan lanjutan bila hasil inspeksi telah keluar. Bila memang ditemukan ada masalah, lanjutnya, pemerintah tentu akan membuat aturan tegas yang melindungi keamanan masyarakat. Sebaliknya, bila memang tidak ada masalah, izin terbang akan diberikan kepada maskapai.
"Namun, untuk mempersilakan terbang, butuh waktu yang panjang karena input dari berbagai pihak, apalagi dari badan dunia EU dan FAA juga memberi catatan bagi pesawat bagi MAX 8," kata Budi.
Pemerintah mencatat, saat ini terdapat 11 unit pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 yang dioperasikan di Tanah Air. Sepuluh unit di antaranya dioperasikan Lion Air, sedangkan satu pesawat dioperasikan Garuda Indonesia.
Pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 mengalami beberapa peristiwa di sejumlah negara. Pesawat jenis ini pernah jatuh di Indonesia pada 29 Oktober 2018 silam, yakni pesawat dengan nomor penerbangan JT610 dengan rute Jakarta-Pangkal Pinang yang diperasikan maskapai Lion Air. Sebanyak 181 penumpang dan delapan awak pun menjadi korban.
Kemudian pada 16 Desember 2018, pesawat Boeing 737 MAX 8 yang dioperasikan maskapai Norwegian Air dengan rute Dubai (UEA)-Oslo (Norwegia) juga mengalami masalah pada mesin sehingga harus mendarat darurat di Shiraz, Iran. Tak ada korban jiwa dan terluka dalam penerbangan ini.
Dan terakhir, pesawat dengan jenis yang sama yang dioperasikan oleh maskapai Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET302 jatuh enam menit setelah lepas landas. Jatuhnya pesawat dengan rute Addis Ababa (Ethiopia)-Nairobi (Kenya) itu pun menyebabkan adanya korban sebanyak 149 penumpang dan delapan awak.