Kamis 17 Jul 2025 16:12 WIB

Bioetanol Brasil Disebut Berasal dari Papua, Indonesia Siap Perkuat Kerja Sama Energi

Indonesia disebut punya andil besar dalam sukses bioetanol Brasil, benarkah?

Rep: Frederikus Dominggus Bata/ Red: Friska Yolandha
Petani mengambil benih tebu di areal perkebunan di Desa Pasirbungur, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Jumat (29/7/2022). Kementerian Pertanian menargetkan seluruh kebutuhan gula bagi rumah tangga atau gula kristal putih (GKP) akan dipasok seluruhnya dari dalam negeri pada 2024. Salah satu cara untuk mencapai target tersebut ialah dengan perluasan (ekstensifikasi) tebu sehingga dapat meningkatkan produksi gula dalam negeri. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petani mengambil benih tebu di areal perkebunan di Desa Pasirbungur, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Jumat (29/7/2022). Kementerian Pertanian menargetkan seluruh kebutuhan gula bagi rumah tangga atau gula kristal putih (GKP) akan dipasok seluruhnya dari dalam negeri pada 2024. Salah satu cara untuk mencapai target tersebut ialah dengan perluasan (ekstensifikasi) tebu sehingga dapat meningkatkan produksi gula dalam negeri. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Brasil dikenal sebagai negara yang sukses mengembangkan bioetanol dari tebu. Hal tersebut menjadikan negeri di Amerika Selatan itu produsen etanol terbesar kedua di dunia.

Beredar kabar, tebu yang menjadi bahan baku bioetanol Brasil berasal dari Indonesia. Hal ini disinggung oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi saat memberikan arahan di sebuah acara di Hotel Pullman, Jakarta, Kamis (17/7/2025).

Baca Juga

"Brasil itu, malah isunya, tebu, aslinya dari Papua. Benar gak itu? Saya juga kaget, waktu diskusi sama pihak internasional," kata Eniya, sembari melempar pertanyaan ke peserta acara lainnya, yang terdiri dari unsur pemerintah dan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI).

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika membenarkan isu tersebut. Eniya kemudian menggambarkan betapa komoditas itu berpengaruh besar pada perekonomian Brasil. Indonesia memiliki andil di dalamnya.

"Nah tuh, kayaknya kita yang nyumbang Brasil, menghadirkan perekonomian segitu besarnya, berdampak pada bioetanol ternyata dari Indonesia," kata Dirjen EBTKE KESDM.

Eniya menerangkan, di Brasil program ini telah menjadi mandatori. Model tersebut sangat relevan dengan rencana Indonesia yang ingin bertransisi memanfaatkan energi rendah karbon. Indonesia siap belajar dari setiap negara mitra yang fokus pada hal serupa.

Apalagi Presiden Prabowo Subianto baru saja mengunjungi Brasil. Kedua negara memperkuat hubungan bilateral. Salah satu topik diskusi perihal bioetanol ini.

"Pak Presiden baru pulang dari Brasil. Menteri kami, Menteri ESDM (Bahlil Lahadalia) juga mendampingi. Pembahasannya juga ada bioetanol, tapi belum arahan khusus. Kita hanya mempelajari bagaimana situasi di sana," ujar Eniya.

Dalam pertemuan bilateral antara Presiden Prabowo dan Presiden Luiz Inácio Lula da Silva, isu energi bersih, ketahanan iklim, penguatan kerja sama bioenergi, turut dibahas. Bahlil menegaskan RI melihat Brasil sebagai mitra penting dalam transisi energi. Sebanyak 88 persen pasokan listrik Brasil berasal dari sumber energi rendah karbon seperti tenaga air, angin, surya, dan bioenergi. 

Ia melihat pengembangan bioetanol bagian dari strategi nasional untuk menciptakan ekosistem energi yang berkelanjutan dan inklusif. "Selain mendukung transisi energi dan membuka peluang ekonomi baru di daerah, langkah ini juga selaras dengan potensi kerja sama bersama Brasil yang telah memiliki pengalaman panjang dalam mengembangkan bioenergi," jelas Bahlil.

Komitmen Indonesia dalam memperkuat pemanfaatan bioenergi ditegaskan melalui penerbitan Peraturan Menteri ESDM Nomor 4 Tahun 2025 tentang Pengusahaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN). Aturan ini mengatur tata kelola biofuel, termasuk bioetanol secara komprehensif, mulai dari pengusahaan, distribusi, hingga pemanfaatannya di sektor transportasi, dengan insentif bagi pelaku usaha.

"Permen ini menjadi landasan penting bagi kita dalam memperkuat ekosistem bioenergi nasional. Kerja sama dengan Brasil di bidang teknologi, riset, dan peningkatan kapasitas sangat potensial untuk mempercepat implementasi kebijakan ini di lapangan,” tutur Bahlil.

Pemerintah Indonesia melakukan uji pasar terhadap bioetanol melalui produk Pertamax Green 95, yakni bensin RON 95 yang dicampur dengan 5 persen etanol (E5). Produk ini mulai tersedia di beberapa SPBU Pertamina.

Kerja sama Indonesia–Brasil telah diikat dalam Memorandum Saling Pengertian (MSP) di bidang energi dan pertambangan sejak 2008. Cakupannya meliputi kegiatan hulu-hilir, riset, pelatihan, serta pertukaran informasi dan proyek bersama. Kunjungan kenegaraan kali ini diharapkan dapat mengaktifkan kembali implementasi teknis dari MSP tersebut.

Dengan latar belakang perdagangan bilateral yang mencapai 6,34 miliar dolar AS pada 2024, momentum kunjungan ini diharapkan mampu memperdalam investasi dan transfer teknologi di sektor energi. Kemudian mendukung misi transisi hijau, serta memperkuat posisi Indonesia sebagai mitra strategis global dalam menghadapi perubahan iklim.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement