REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan mulai merambah pasar baru, yakni Afrika. Jelang akhir tahun, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memimpin delegasi bisnis Indonesia untuk memperluas pasar non tradisional melalui misi dagang ke Aljazair pada Selasa (20/11) hingga Kamis (22/11).
"Salah satu agenda pada misi dagang kali ini yaitu menjajaki pasar yang selama ini terpisahkan oleh letak geografis namun memiliki peluang yang sangat besar," katanya melalui siaran pers, Selasa (21/11).
Rangkaian kegiatan misi dagang ke Aljazair antara lain terdiri dari forum bisnis, one-on-one business matching, dan kunjungan ke perusahaan. Selain itu, di sela-sela kegiatan misi dagang tersebut, Enggar juga akan melakukan pertemuan dengan beberapa menteri serta kamar dagang dan industri (Kadin) Aljazair untuk membicarakan langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam upaya mempererat hubungan perdagangan di antara kedua negara. Salah satunya melalui kemungkinkan dibentuknya Preferensial Trade Agreement (PTA) antara Indonesia-Aljazair.
Melalui kunjungan ini, Enggar berharap, pemerintah dan pengusaha Indonesia dapat berdiskusi secara langsung mengenai berbagai peluang kerja sama ekonomi yang lebih dalam dengan pemerintah Aljazair. "Sehingga, pada akhirnya mengurangi berbagai hambatan dan mendorong ekspor produk Indonesia, khususnya ke pasar Afrika," tuturnya,
Delegasi bisnis Aljazair diikuti 13 pelaku usaha dari berbagai sektor. Di antaranya, minyak sawit dan turunannya, ban, produk olahan kopi (permen kopi dan kopi instan), permen jahe dan furniture. Berbagai sektor ini dianggap mampu menarik perhatian pasar Aljazair.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Arlinda menjelaskan seluruh delegasi bisnis Indonesia akan dipertemukan dengan para pembeli (buyer) potensial dari Aljazair secara langsung. Dengan begitu, potensi terjadinya transaksi menjadi lebih besar.
Arlinda berharap, para buyer yang datang merupakan buyer potensial yang secara resmi diundang Kedutaan Besar RI Aljazair. "Misi dagang ini menjadi langkah awal bagi para pelaku usaha kedua negara untuk bertemu langsung, berinteraksi, dan membuka peluang kerja sama bisnis yang akhirnya akan mendorong ekspor ke Aljazair," katanya.
Misi dagang Aljazair menandakan keseriusan pemerintah Indonesia untuk memfasilitasi kerja sama ekonomi, perdagangan, serta investasi dengan pemerintah maupun pelaku usaha Aljazair. Kunjungan ini diharapkan menjadi batu loncatan untuk membuka kerja sama antara kedua negara.
Total perdagangan Indonesia-Aljazair pada 2017 mencapai 519,77 juta dolar AS. Nilai ini meningkat dibandingkan tahun 2016 yang mencatatkan total perdagangan sebesar 515,92 juta dolar AS. Sementara pada periode Januari-Agustus 2018 mencapai 376,80 juta dolar AS, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2017 yang sebesar 304,52 juta dolar AS.
Sementara itu, ekspor Indonesia ke Aljazair periode Januari-Agustus 2018 sebesar 142,06 juta dolar AS, dengan nilai ekspor nonmigas mencapai 142,06 juta dolar AS. Produk ekspor terbesar Indonesia ke Aljazair di antaranya minyak kelapa sawit, minyak nabati, kopi, ikan, kayu papan, pendingin, dan benang.
Sementara itu, nilai impor nonmigas adalah sebesar 2,83 juta dolar AS. Beberapa produk impor Indonesia dari Aljazair terbesar yaitu minyak bumi, amonia, buah, papan kayu, kacang-kacangan, mesin cetak, suku cadang elektronik, dan mesin-mesin.