Kamis 15 Mar 2018 09:15 WIB

Ekonom AS Khawatirkan Kebijakan Tarif Impor Presiden Trump

Kebijakan tarif impor ini lebih buruk dari yang pernah dilakukan Presiden Reagen.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Andi Nur Aminah
Presiden AS, Donald Trump
Foto: thedailybeast.com
Presiden AS, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANSISCO -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengibarkan perang dagang kepada negara-negara mitra dagangnya melalui sejumlah kebijakan proteksionisme. Salah satunya yakni penetapan tarif impor. Sejumlah ekonom AS menilai, kebijakan proteksionisme Trump dapat melukai pertumbuhan ekonomi AS dan perdagangan global.

"Hampir tidak terbayangkan bahwa seorang politisi berpendidikan mengeluarkan kebijakan proteksionisme, kebijakan tarif Trump ini dapat membuat perdagangan dan investasi global menjadi suram," ujar seorang profesor keuangan di Universitas Oklahoma, William Megginson, dilansir Reuters, Kamis (15/3).

Di sisi lain, Megginson menilai kebijakan pemotongan pajak dan upaya deregulasi yang ditetapkan oleh Presiden Trump sudah cukup baik dan mampu mendorong pertumbuhan. Namun, dia menegaskan, kebijakan tarif impor baja dan alumunium yang ditetapkan oleh Presiden Trump merupakan kebijakan yang paling tidak masuk akal sepanjang sejarah.

Kebijakan tarif impor tersebut telah menimbulkan kecaman luas dari para ekonom AS. Dalam sebuah unggagan di blog belum lama ini, ekonom dari Universitas Harvard Dani Rodrik mengatakan, kebijakan tarif impor ini lebih buruk dari kebijakan pembatasan oleh Presiden AS ke-40 Ronald Reagan.

Dari 30 pakar keuangan yang disurvei oleh Reuters terkait kebijakan tarif impor Presiden Trump, sebagian besar mengecam kebijakan tersebut. Sementara, hanya segelintir yang menyatakan dukungannya terhadap kebijakan tarif impor ini.

"Penilaian yang lebih adil adalah memandangnya sebagai taktik tawar-menawar daripada perubahan jangka panjang yang serius dalam kebijakan perdagangan," kata seorang profesor di Sekolah Bisnis Carey Arizona State University, Marjorie Baldwin. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement