REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) berencana untuk menerapkan program gas bumi satu harga untuk seluruh wilayah Indonesia. Gas Bumi ini merupakan gas yang digunakan untuk Jaringan Gas Rumah Tangga.
Anggota Komite BPH Migas, Jogi Prajogjo mengatakan persoalan harga gas bumi ini saat ini memang masih beragam. Tak hanya bergantung pada penyalur, harga setiap wilayah yang kedapatan jaringan gas juga masih variatif. Kedepan, Jogi mengatakan BPH hendak menyeragamkan harga ini.
"Kami ingin coba harga gas ini satu harga," kata Jogi di Kantor BPH Migas, Rabu (24/1).
Jogi mengatakan saat ini memang harga ditetapkan bergantung pada harga yang diajukan oleh penyalur, yaitu PGN dan Pertagas. Pengajuan harga oleh dua perusahaan ini kaitannya dengan biaya investasi dan operasional.
Sayangnya, kata Jogi tak seperti Pertagas yang sudah mengajukan penyesuaian harga gas, PGN sejak 2016 belum mengajukan penyesuaian harga. Hal ini menyebabkan harga gas di setiap wilayah berbeda beda.
"Pertagas sudah mengajukan penyesuaian harga pada 2016 lalu. Nah ini PGN belum," ujar Jogi.
Meski begitu, Jogi tak menampik ada banyak faktor yang mempengaruhi harga jargas hingga sampai ke konsumen. Komponen seperti panjang pipa, biaya pemeliharaan dan biaya operasi mempengaruhi harga gas ini.
"Kemudian margin sudah ditetapkan kurang lebih di bawah 5 persen. Faktor-faktor ini yang membuat harganya berbeda. Nanti akan kami buat harganya kurang lebih sama di mana-mana," ujar Jogi.
Ia berharap dengan adanya penetapan satu harga maka masyarakat tidak merasa terbeda bedakan. Nantinya, kata Jogi jika harga jargas bisa sama maka harga jargas bisa dibandrol lebih rendah daripada elpiji tiga kilogram.
"Nanti bisa lebih murah. Ini kami hitung lagi dulu," ujar Jogi.