REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menilai kelangkaan gas elpiji tiga kilogram di berbagai daerah merupakan sinyal pemerintah akan mencabut subsidi elpiji.
"Diawali dengan pemangkasan slot kuota gas elpiji tiga kilogram dari semula 6,5 metrik ton menjadi 6,1 metrik ton. Berkurang sekitar 400 ribu metrik ton," kata Tulus dihubungi di Jakarta, Sabtu (9/12).
Padahal, permintaan gas elpiji tiga kilogram justru mengalami peningkatan. Karena itu, pasokan gas elpiji tiga kilogram menjadi berkurang atau mengalami kelangkaan. Terkait peningkatan permintaan gas elpiji tiga kilogram, Tulus menyebut disebabkan dua hal.
Pertama rentang harga yang sangat jauh antara elpiji tiga kilogram dengan 12 kilogram dan penyimpangan penyaluran elpiji bersubsidi. "Karena rentang harga yang sangat jauh, banyak pengguna elpiji 12 kilogram yang berpindah menjadi pengguna gas elpiji tiga kilogram. Selain jauh lebih murah, gas elpiji tiga kilogram juga dianggap lebih praktis dan mudah dibawa," tuturnya.
Sebagai elpiji bersubsidi, pola penyaluran gas elpiji tiga kilogram seharusnya bersifat tertutup. Artinya, hanya konsumen yang berhak saja yang boleh membeli gas elpiji tiga kilogram.
Namun, saat ini penyaluran bersifat terbuka atau bebas sehingga siapa pun bisa membeli. Tulus menyebut ada pola penyaluran yang dilakukan pemerintah tidak taat asas. "Tidak kurang dari 20 persen pengguna gas elpiji 12 kilogram berpindah ke tiga kilogram karena harga 12 kilogram dianggap sangat mahal sementara tiga kilogram sangat murah karena disubsidi," kata dia.
Karena keadaan tersebut, Tulus menilai pemerintah semakin limbung ketika subsidi gas elpiji tiga kilogram terus melambung karena penggunaannya terus meningkat.