Selasa 15 Aug 2017 20:39 WIB

Mentan Bangga Indonesia tak Lagi Impor Beras dan Jagung

Petani menjemur jagung di Desa Handapherang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Selasa (18/7). Menteri Pertanian menargetkan Indonesia bisa swasembada jagung paling lambat tahun 2018.
Foto: ANTARA FOTO
Petani menjemur jagung di Desa Handapherang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Selasa (18/7). Menteri Pertanian menargetkan Indonesia bisa swasembada jagung paling lambat tahun 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) tahun ini kembali memberikan penghargaan kepada petani, kelembagaan ekonomi petani, penyuluh pertanian, dan Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan yang berprestasi. Pada 2017, pemerintah memberikan penghargaan itu kepada 15 pihak teladan dan berprestasi dengan masing-masing mendapatkan hadiah Rp 20 juta.

Untuk kelembagaan ekonomi petani yakni, Koperasi Tani Margo Dadi, Gunung Kidul (Di Yogyakarta), Koperasi Tani Syariah Harapan Bersama, Lombok Barat (NTB) dan Koperasi Tani Teobromo, Sigi (Sulawesi Tengah). Adapun untuk petani berprestasi Asep Halim Jamaludin (Ciamis, Jawa Barat),  Mursidin (Lombok Barat, NTB) dan Karel P (Kota Jayapura, Papua).

Sedangkan penghargaan untuk penyuluh pertanian teladan diberikan kepada Nurul Aida (penyuluh pertanian Aceh Besar, Aceh), Rudi Efendi Hasibuan (THLTBPP Serdang Bedagai, Sumatara Utara), dan Herlina (penyuluh pertanian Lampung Timur, Lampung).

Untuk Balai Penyuluhan Kecamatan berprestasi, penghargaan diberikan kepada BPP Medan Krio (Sumatra Utara), BPP Sungai Kunyit (Mempawah, Kalimantan Barat), dan BPP Marioriwawo (Sopeng, Sulawesi Selatan). Sisanya adalah pemenang lomba karya ilmiah dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP).

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengatakan, pertanian Indonesia kini sudah maju. Bahkan kini Indonesia tak impor beras dan jagung lagi. “Produksi padi dan jagung kita mengalami lompatan besar sehingga kita tidak impor. Kita ini negara yang sustainable agriculture nomor 16, bahkan Amerika Serikat saja nomor 19,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (15/8).

Pemerintah, kata dia, juga berkomitmen mengembalikan kejayaan perkebunan, terutama rempah-rempah. Saat ini ada alokasi anggaran sebanyak Rp 5,5 triliun untuk membagian bibit pala dan cengkeh secara gratis. “Ini pertama dalam sejarah perkebunan kita,” ujarnya.

Amran menampik pemerintah tidak menyayangi petani. Justru, kata Amran, pemerintah sangat menyayangi petani. Salah satunya adalah program asuransi pertanian untuk melindungi petani dari gagal panen.

Begitu juga bantuan pemerintah untuk memperbaik 3 juta hektare irigasi yang rusak. Contohnya di Jawa Barat, kini sawah beririgasi bertambah. Belum lagi bantuan alat mesin pertanian yang jumlahnya cukup besar, bahkan naik 2.000 persen. “Petani yang biasanya pakai cangkul, sekarang sudah pakai alsintan,” kata dia.

Untuk menjaga harga jual, Amran mengatakan, pemerintah telah menetapkan harga dasar. Misalnya, bawang merah pemerintah tetapkan Rp 5.000 per kilogram. Sementara untuk menjaga harga gabah petani, selain ada harga pembelian pemerintah (HPP), pemerintah telah mengeluarkan kebijakan agar Bulog membeli gabah petani di luar kualitas. Bahkan Bulog juga bisa membeli gabah yang berada di atas kualitas HPP dengan cara komersial.

Terhadap keluhan hama wereng yang menyerang beberapa sentra padi, Amran menyebut pemerintah telah mengirim bantuan ribuan orang untuk mengatasi hama tersebut. Serangan hama tersebut hanya sekitar 67 ribu hektare dari 17 provinsi sentra padi.

Dia mengatakan apabila luas tanam mencapai 9 juta hektare, maka hanya sekitar 0,47 persen lahan padi yang terkena serangan hama wereng. “Yang dianggap berbahaya itu, kalau serangannya (hama) sudah mencapai 5 persen dari luas tanam. Kalau hanya 0,47 persen masih aman,” ujarnya.

Amran menyebut pihaknya berada paling depan dalam memperjuangkan petani. “Presiden Jokowi memberikan aksi nyata bukan janji,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement