Selasa 01 Aug 2017 15:07 WIB

Utang Indonesia Meningkat, Darmin: Untuk Gerakkan Ekonomi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution
Foto: ROL/Havid Al Vizki
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai meningkatnya utang luar negeri (ULN) Indonesia tidak perlu ditanggapi dengan kepanikan. Alasalkan, utang tersebut digunakan untuk menggerakkan ekonomi.

"Jangan karena utang naik kemudian dianggap sudah masalah besar itu. Yang paling penting adalah utangnya dipakai untuk menggerakkan ekonomi untuk bangun infrastruktur, untuk bangun kawasan industri, untuk bangun KEK, dan sebagainya," ujar Darmin usai rapat koordinasi membahas penertiban importir berisiko tinggi di Jakarta, Selasa (1/8).

Darmin menuturkan, pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla saat ini memang fokus untuk membangun infrastruktur, yang memang membutuhkan dana besar. Salah satu alternatif perolehan dana tersebut yakni memang dari utang.

"Pemerintah tidak hanya fokusnya infrastruktur walaupun pemerintah memang cukup mengutamakan infrastruktur. Kenapa? karena memang itu yang paling tertinggal di kita. Soal utang ya kita tidak bikin apa-apa juga kita harus bayar utang banyak loh, bukan pemerintahan ini saja yang bikin utang, dari dulu sudah ada utang," ujar Darmin.

Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Mei 2017 tercatat 333,6 miliar dolar AS atau tumbuh 5,5 persen (year on year/yoy). Berdasarkan kelompok peminjam, pertumbuhan tahunan ULN sektor publik meningkat, sedangkan ULN sektor swasta menurun. Posisi ULN sektor publik pada Mei 2017 tercatat 168,4 miliar dolar AS (50,5 persen dari total ULN) atau tumbuh 11,8 persen (yoy), lebih tinggi dari 9,2 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

Sementara itu, ULN sektor swasta tercatat 165,2 miliar dolar AS (49,5 persen dari total ULN) atau turun 0,1 persen (yoy), lebih kecil dibandingkan dengan penurunan pada April 2017 yang sebesar 3,2 persen (yoy). Menurunnya ULN swasta tersebut disebabkan oleh ULN lembaga keuangan (Bank maupun Lembaga Keuangan Bukan Bank/LKBB) sementara ULN swasta nonkeuangan (Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan/PBLK) meningkat.

Bank Indonesia (BI) memandang perkembangan ULN pada Mei 2017 tetap sehaat. Namun, BI terus mewaspadai risikonya terhadap perekonomian nasional. Bank Indonesia terus memantau perkembangan ULN, khususnya ULN sektor swasta. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement