REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bursa Efek Indonesia (PT BEI) menempatkan patung banteng seberat sekitar 5 hingga 7 ton sebagai simbol optimistis industri pasar modal domestik agar terus mencatatkan pertumbuhan.
"Patung ini namanya 'Banteng Wulung', cerita zaman kerajaan di Jawa Barat Banteng Wulung merupakan simbol kemakmuran, kesejahteraan, dan kejayaan," kata Direktur Utama BEI Tito Sulistio di Jakarta, Kamis (27/7).
Ia mengemukakan bahwa bahan material patung Banteng Wulung milik BEI itu terbuat dari fosil kayu yang telah menjadi batu dan didapat di daerah Serang, Banten. Pihak BEI menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk meneliti jenis kayu dan umur fosil itu.
"Biasanya patung itu terbuat dari bahan metal atau semen, belum ada yang dibuat dari kayu fosil utuh seperti ini," ujarnya.
Ia mengharapkan patung 'Banteng Wulung' juga dapat menjadi kebanggaan bagi warga DKI Jakarta serta menjadi tujuan wisata. Manajemen BEI meletakkan patung 'Banteng Wulung' itu di sisi gedung Bursa Efek Indonesia yang menghadap ke Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan.
"Ini ikonnya BEI dan juga ikonnya Jakarta," ucapnya.
Sementara itu, Direktur BEI Samsul Hidayat mengatakan bahwa dalam pasar saham terdapat istilah bull market yang menunjukan suatu keadaan yang dapat diartikan bergerak naik. Sebaliknya, bear market sedang menurun.
"Patung banteng itu menunjukan optimisme pelaku industri pasar modal, diharapkan terus berada dalam 'bull market'," katanya.
Seniman asal Bali Made Budiasa mengatakan bahwa patung 'Banteng Wulung' itu memiliki ukuran panjang sekitar 2,90 meter dengan lebar 1 meter dengan pengerjaan memakan waktu sekitar 3 bulan. "Selain saya, ada sekitar 20 seniman yang secara bergantian turut membantu mengerjakan patung itu," ujar Made Budiasa yang juga pemelik Taksu Bali Gallery.
Sedianya patung Banteng Wulung itu akan diresmikan pada tanggal 13 Agustus 2017. BEI akan mengundang Presiden RI Joko Widodo dan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat untuk meresmikannya.