REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG — Dinamika global akibat konflik antara Amerika Serikat (AS) dan Iran menimbulkan kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Namun, Bank Indonesia (BI) menilai sistem ekonomi dan keuangan syariah memiliki ketahanan yang relatif lebih kuat dalam menghadapi guncangan semacam ini.
Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI, Imam Hartono, mengatakan bahwa dampak dari perang secara umum memang tidak dapat dihindari dan akan berpengaruh pada berbagai sektor. Namun, sistem keuangan syariah memiliki keunggulan struktural yang membuatnya lebih tahan terhadap tekanan global.
“Kalau kaitannya bagaimana dampak perang, ya pasti semua sedikit banyak akan berpengaruh. Hanya memang begini, salah satu kelebihan dari keuangan syariah itu adalah ia mempunyai keunggulan dibandingkan keuangan konvensional karena ada underlying,” ujar Imam di Kantor KPw BI Lampung, Kota Bandar Lampung, Rabu (25/6/2025).
Imam menambahkan, ketahanan ekonomi syariah telah terbukti pada masa-masa krisis sebelumnya, dan kini diharapkan mampu kembali menunjukkan performa serupa. Ia menilai bahwa prinsip keuangan syariah yang mengedepankan transaksi berbasis aset nyata lebih stabil dan tidak spekulatif, sehingga mampu menjaga kepercayaan pasar.
“Biasanya kekuatan keuangan syariah itu lebih resilient dan itu terbukti pada saat dulu krisis dan sebagainya,” sambung Imam.
Menurutnya, penting bagi para pelaku usaha syariah untuk terus memperkuat strategi mitigasi risiko, memperluas pasar, serta meningkatkan inovasi produk keuangan syariah agar tetap kompetitif di tengah ketidakpastian global. Imam juga menegaskan komitmen BI dalam mendukung ekosistem ekonomi syariah nasional melalui kebijakan yang inklusif dan berkelanjutan.
“Nah, harapannya tentu, walaupun pasti akan berdampak, mudah-mudahan bisa dimitigasi dengan baik oleh seluruh pelaku usaha syariah,” kata Imam.