Senin 24 Apr 2017 15:38 WIB

IHSG Catat Kenaikan Selama Sepekan

Red: Nur Aini
Pekerja melintas disamping layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (18/4).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pekerja melintas disamping layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (18/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat pergerakan indeks harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan atau periode 17-21 April mengalami kenaikan sebesar 0,85 persen menjadi ke posisi 5.664,48 poin jika dibandingkan pekan sebelumnya di 5.616,55 poin.

"Sejalan dengan penguatan IHSG, nilai kapitalisasi pasar BEI pada periode itu mengalami peningkatan sebesar 0,86 persen menjadi Rp 6.164,98 triliun," kata Kepala Divisi Komunikasi BEI Yulianto Aji Sadono dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (24/4).

Ia mengatakan kenakan IHSG itu salah satunya ditopang dari aktivitas investor asing yang mencatatkan beli bersih (foreign net buy) sebesar Rp 3,32 triliun. Secara keseluruhan, di sepanjang tahun ini investor asing telah membukukan beli bersih Rp 18,22 triliun. Rata-rata volume transaksi harian IHSG pada pekan ketiga April 2017 itu juga tercatat meningkat 10,26 persen menjadi 13,65 miliar saham dari 12,38 miliar saham pada pekan sebelumnya. Sementara itu tercatat, rata-rata nilai transaksi harian IHSG mengalami penurunan sebesar 41,06 persen menjadi Rp 9,36 triliun dan rata-rata frekuensi harian menjadi 283,22 ribu kali transaksi.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan bahwa secara teknikal, masih adanya dorongan volume beli maka peluang bagi IHSG untuk melanjutkan penguatan masih terbuka ke depannya. "Diproyeksikan bahwa IHSG pada pekan depan diperkirakan akan bergerak di kisaran level 5.632-5.689 poin," katanya. Namun demikian, ia mengatakan bahwa proyeksi itu masih harus diuji ketahanannya seiring masih adanya potensi pelemahan pada sejumlah bursa saham global.

Analis Reliance Securities Lanjar Nafi menambahkan bahwa salah satu sentimen yang akan menjadi fokus investor selanjutnya yakni data ekonomi eksternal, di antaranya keputusan kebijakan moneter di kawasan Asia dan Eropa dalam bentuk instrumen suku bunga, tingkat inflasi serta produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat.

"Sentimen dari data ekonomi eksternal itu akan menyita perhatian investor," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement