REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio, menolak disebut BEI bersikap tak adil terhadap broker-broker kecil. Ia mengatakan, bursa hanya berusaha menjadin likuiditas saham yang diperjual belikan.
''Begini ya, sekarang saya tanya, kalau kamu beli motor, yang dipikirkan pertama kali secondarynya bisa dijual nggak? Sama saham juga begitu, likuid nggak setelah dibeli,'' ucap Tito di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (6/4).
Ia mengatakan, secara universal, saham-saham besar lebih mudah likuiditasnya dibandingkan dengan saham yang kecil. Sementara, tugas bursa adalah membuat peraturan dan infrastruktur supaya likuiditas bisa terjamin.
Tito menjelaskan, di beberapa negara belahan dunia, likuiditas bisa terjamin kalau ada electronic trading platform (ETP). Sebab, dengan ETP, ada bid and offer dan market maker. ''Peraturan market maker itu yang sedang kita pikirkan,'' jelasnya.
Tito menjelaskan, kalau perusahaan listing lebih simpel, asal memenuhi persyaratan. Sementara kalau market maker, brokernya mesti kuat. Sehingga bursa harus menyiapkan hal tersebut.
''Kalau mereka hanya punya modal Rp 25 miliar, terus minjam Rp 100 miliar, bisa balikin nggak?. Jadi bukan menganaktirikan broker kecil, namun melihat sejauh mana kemampuan broker tersebut untuk memenuhi kewajibannya,'' tutur dia.