REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Mulai tahun ini PT Len Industri (Persero) akan memasuki pasar regional. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut akan membidik proyek sistem persinyalan kereta api di Malaysia dan Myanmar.
"Kami menargetkan revenue ekspor tahun ini bisa mendekati Rp 100 miliar," ujar Direktur Utama Len Industri Zakky Gamal Yazir, akhir pekan kemarin.
Tahun lalu, kata dia, Len sudah menandatangani kontrak kerja sama proyek persinyalan kereta api di Bangladesh senilai 1,5 juta dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 20 miliar.
Setelah proyek Bangladesh itu, ungkap Zakky, pihaknya pun sudah mengikuti tender di beberapa negara. Di antaranya, proyek persinyalan kereta api di Malaysia dan Myanmar.
"Secara teknologi, persinyalan kereta api Indonesia kita unggu dibanding negara lain di kawasan regional," katanya.
Lihat juga: Tahun Ini, Len Industri Targetkan Pendapatan Rp 2,7 Triliun
Untuk memasuki pasar regional tersebut, menurut Zakky, Len akan bersinergi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang membidik pasar yang sama atau mitra lokal di negara sasaran. Karena, mitra lokal ini akan memperkuat posisi Len.
"Mereka kan lebih menguasai medannya," katanya.
Untuk membangun perkeretaapian di Malaysia, kata dia, PT Len akan join dengan PT Kereta Api Indonesia. Begitu juga, untuk komponen perkeretaapian di Malaysia Ia akan bekerja sama dengan perusahaan lokal.
Saat ini, kata dia, kontribusi pasar ekspor bagi Len memang masih kecil. Karena, kontributor utama pendapatan Len adalah poduk-produk elektronik, pertahanan, dan energi baru terbarukan dalam negeri. Kontribusinya mencapai 70 persen.
Sedangkan khusus untuk energi baru dan terbarukan (EBT), kata Zakky, Len masih akan wait and see dalam satu sampai dua bulan ke depan untuk melihat pergerakan pasar. Karenanya ia menilai, kebijakan harga energi terbarukan yang berlaku saat ini kurang menarik bagi produsen.