REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan langkah OPEC untuk memangkas produksi masih harus dilihat keampuhannya. Risiko dari kenaikan harga yang bisa saja terjadi tentu diantisipasi pemerintah Indonesia.
"Kita lihat sebarapa efektif dampak penurunan dari produksi OPEC. Itu kan masih harus dilihat seberapa efektif penurunan produksi OPEC. Kalau dia efektif ya nanti harganya naik. Kalau kurang efektif ya naiknya tidak seperti yang diperkirakan," katanya.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan menambahkan, potensi naiknya harga minyak dunia tetap bergantung pada dinamika dari sisi permintaan. Alasannya, produksi shale gas AS tentu terus membayangi harga minyak dunia yang mulai merangkak naik. Ia menyebutkan, ketika harga minyak mulai menyentuh 70 dolar AS per barel, bisa saja produksi shale gas akan dinaikkan dan membuat harga minyak kembali tertahan.
"Peningkatan harga minyak dunia secara netto efeknya kepada APBN, apalagi kalau pemerintah konsisten tidak subsidi general maka tidak akan kena ke sisi spending. Paling berupa subsidi langsung. Makanya dengan ini ada win fall game. Cuma efeknya mungkin kalau pemerintah naikkan harga BBM sedikit banyak akan berpengaruh kepada inflasi," katanya.