Rabu 14 Sep 2016 18:46 WIB

Menko Maritim Rumuskan Sistem Bongkar Muat di Pelabuhan

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nur Aini
Kereta Api berjalan di Emplasement Kereta Api-JICT saat aktivitas bongkar muat (Dwelling Time) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (18/2)
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Kereta Api berjalan di Emplasement Kereta Api-JICT saat aktivitas bongkar muat (Dwelling Time) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (18/2)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Maritim, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan saat ini ia sedang merumuskan bagaimana sistem bongkar muat yang efektif dan murah. Hal ini sejalan dengan program tol laut yang sedang dilakukan pemerintah.

Luhut menjelaskan, salah satu dampak dari pembangunan tol laut adalah menekan biaya angkutan laut Indonesia. Sebab, selama ini Indonesia tercatat memiliki biaya laut yang termahal di dunia.

"Makanya setelah tol laut ini selesai, dwelling time (masa bongkar muat peti kemas) bisa menjadi lebih efektif. Ini bisa menekan angka cost laut," ujar Luhut di Jakarta, Rabu (14/9).

Luhut mengatakan waktu yang tepat untuk dwelling time sekitar dua hingga tiga hari. Hal tersebut bisa menekan biaya hingga Rp 721 triliun.

Meski begitu, Luhut tak menampik percepatan kerja ini memang memiliki risiko minimnya pengawasan. Meski begitu, Luhut mengatakan pekerjaan ini perlu proses dan kerja sama bersama antarpemerintahan. Jadi, meskipun cepat, namun jaminan keamanan tetap terjaga.

"Pasti ada risikonya, barang barang illegal masuk. kita tetap nggak mau itu. Makanya kita cek semuanya, tetap harus waspada. Ini kan teknolgi terus maju, bisa kita manfaatkan itu. Kita cari equilibriumnya," ujar Luhut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement