REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hilirisasi mineral batu bara menjadi salah satu program pemerintah yang dinilai berdampak signifikan dalam penguatan ekonomi nasional. Dengan cara demikian, Indonesia dapat mengurangi ekspor bahan mentah dan mengolahnya di dalam negeri agar menjadi produk bahan baku dan produk hilir yang memiliki nilai tambah.
Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dari Universitas Indonesia Toto Pranoto menilai pemerintah sudah memiliki desain penguatan kinerja ekonomi yang sangat baik khususnya dengan hilirisasi. Program ini disematkan langsung kepada Holding Industri Pertambangan Indonesia (MIND ID).
"Hilirisasi yang masif akan meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian nasional, terutama dengan adanya pengolahan lebih lanjut di dalam negeri. Ini akan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah mineral yang selama ini menjadi fokus utama," ujar Toto dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Kamis (20/2/2025).
Program hilirisasi ini, lanjut dia, memberikan dampak positif dalam penyerapan tenaga kerja di daerah. Dengan pembangunan fasilitas pengolahan serta infrastruktur pendukung, jumlah lapangan pekerjaan baru dapat meningkat dan memberi dorongan pertumbuhan kinerja ekonomi yang signifikan di daerah.
"Dorongan penyerapan tenaga kerja ini khususnya terjadi di daerah-daerah yang menjadi pusat industri hilirisasi, dan dampaknya diharapkan pada perekonomian nasional bisa bertumbuh lebih tinggi," katanya.
Toto berharap pemerintah memperhatikan cadangan bahan baku dari mineral batu bara Indonesia demi keberlanjutan program hilirisasi jangka panjang. Di samping itu, pemerintah juga harus mampu menjamin penyerapan produk hilirisasi mineral batu bara agar dapat diolah lebih lanjut pada sektor industri manufaktur, guna memastikan peningkatan nilai tambahnya dapat tercapai hingga produk konsumer akhir.
"Hilirisasi memiliki aspek kritikal, baik di hulu maupun di hilir. Di hulu, kita harus memastikan bahwa pasokan bahan baku untuk proses hilirisasi terjamin, sehingga prosesnya tidak terganggu. Di hilir, kita harus memastikan produk hasil hilirisasi dapat sampai ke tangan konsumen akhir dengan baik," jelasnya.
Bersama anggota holding, seperti PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia (PTFI), PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Timah Tbk, hingga PT Vale Indonesia Tbk, MIND ID terus berkomitmen menjalankan fungsinya sebagai penggerak hilirisasi mineral pertambangan di Indonesia. Pada 2024, beberapa proyek strategis telah direalisasikan, di antaranya injeksi perdana Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) yang menjadi penghubung bagi hilirisasi aluminium dari hulu hingga hilir di Indonesia.
MIND ID melalui PTFI sudah membangun smelter tembaga di Gresik, yang merupakan salah satu smelter single line terbesar di dunia. Kapasitas pengolahan konsentrat fasilitas tersebut, sebesar 1,7 juta ton per tahun.