REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Subholding PT Pelabuhan Indonesia (Persero), PT Pelindo Multi Terminal berupaya meningkatkan pelayanan pada masa-masa awal transformasi. Adapun hasil transformasi yang optimal telah mampu menerapkan standardisasi operasi di seluruh terminal.
Direktur Utama Pelindo Multi Terminal Drajat Sulistyo mengatakan perseroan telah mengoperasikan 12 terminal nonpetikemas yang tersebar di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Perseroan berfokus pada dua hal, yakni standardisasi operasi dan komersial, serta kerja sama dengan terminal bagi kepentingan sendiri yang dimiliki swasta.
“Contohnya di terminal multipurpose di Makassar. Sebelum dikelola Pelindo Multi Terminal / SPMT, produksi di pelabuhan terbesar di Indonesia timur ini rata-rata hanya 1.776 ton per hari. Pada Agustus lalu, produksinya naik lebih dari dua kali menjadi 3.880 ton,” ujarnya dalam keterbukaan informasi perseroan, Senin (14/11/2022).
“Kunci konektivitas Indonesia yang sesungguhnya adalah di nonpetikemas, karena alur pengiriman barangnya yang memiliki karakteristik khusus. Setiap pelabuhan harus memiliki standar operasi, biaya, dan keamanan yang sama. Dengan begitu, waktu untuk melakukan bongkar-muat muatan bisa diketahui dengan pasti,” ucapnya.
Menurut dia, dampak dari peningkatan produktivitas ini, yakni kecepatan bongkar-muat barang. Saat ini waktu bongkar-muat kapal berukuran 25.000 ton bisa ditekan sampai maksimal delapan hari, sebelumnya sekitar 14 sampai 16 hari.
“Dengan lama singgah kapal (port stay) yang lebih pendek, Pelindo Multi Terminal bisa menambah jumlah kapal yang dilayani. Bahkan, perseroan untuk meningkatkan produksi sampai tujuh ribu ton per hari,” ucapnya.
Drajat meyakin, target sebesar itu tak sulit dicapai sepanjang timnya punya perencanaan yang baik. Basisnya, yakni siklus Plan, Do, Check, dan Act.
“Jika ada target yang meleset, tim harus cepat membuat evaluasi dan kemudian mencarikan solusi. Kita harus selalu stand by, selalu siap melayani, harus punya catatan, harus selalu membuat evaluasi. Maka begitu, kita bisa membuat perbaikan dari waktu ke waktu,” ucapnya.
Mantan Direktur Utama PT Pelabuhan Tanjung Priok itu menyebut target utama perusahaannya, yakni tepat waktu (fixed time), tepat biaya (fixed cost), dan keamanan safety. Untuk mencapainya, dia mengajarkan timnya untuk melihat suatu persoalan dari kacamata yang lebih luas.
“Orang operasi harus tahu komersial, orang komersial harus tahu keuangan, orang keuangan harus tahu operasi. Pada akhirnya, ujungnya adalah kinerja perusahaan,” ucapnya.
Selain kecepatan operasi, tepat biaya juga sangat penting bagi pelaksana tugas, maupun para pelanggan. Sebagai informasi, saat ini, Pelindo sudah menetapkan tarif di depan, sebelum pekerjaan dimulai.
“Setelah pekerjaan selesai, tak ada lagi biaya plus, plus, plus. Semua serba pasti. Pelanggan senang karena mereka bisa menghitung ongkos yang harus dikeluarkan, tanpa khawatir akan ada biaya tambahan,” ucapnya.
Drajat mengungkapkan, keamanan (health, safety, security, and environmental) juga sudah menjadi standar internasional. Pengelolaan dan penanganan barang selama proses bongkar-muat dari dan ke kapal harus sepenuhnya mengikuti prinsip HSSE.
“Pelindo tidak mentolerir lagi barang rusak atau hilang selama proses bongkar muat. Prinsip ini tidak perlu diomongkan, tapi harus diterapkan. Pelanggan kan bisa melihat sendiri prosesnya. Setiap bulan Pelindo Multi Terminal melakukan review kinerja bisnis. Forum itu, para manajer cabang saling mengungkapkan kinerja dan cara pencapaiannya,” katanya.